Ada seekor burung Tinil (kecil),bermaksud akan bertelur,lalu menyampaikan kepada suaminya.Yang laki menyuruh ia bertelur digua pada karang dipinggir laut. ”Adikku bertelur saja digua itu. Tidak ada orang yang berani padaku. Kata kata burung Tinil yang sombong itu didengar oleh dewa laut (hyang Baruna),lalu telurnya dilembur air laut, Semua hanyut dari gua karang. Burung Tinil perempua sedih,tak habisnya ia menyesalkan suaminya, karean menyuruh bertelur ditepi laut. Tinil laki berkata,” Adindaku,jangan terlalu bersedih,karena telur dalam goa habis hanyut. Kalau kakak tidak bisa mengembalikan telur itu biar kakak mendapat neraka seperti nerakanya sang Pepaka manusia jahat itu. Sekarang Kakak ceritrakan padamu bagaimana jahat perbuatan si Pepaka seoramg pemburu.
Pepaka Manusia Jahat
Ada sebuah ceritra yang menceritrakan kejahatan seorang manusia, yang bernama Pepaka. Ia adalah seorang yang loba tamak, jahat dari kecil. Tidak pernah berbuat yang baik. Pada suatu ketika ia pergi berburu, samai sore ia tidak menemui binatang buruan. Ia melihat seekor gajah besar,seraya segera menghujani dengan panah. Panahnya bertubi tubi mengenai si gajah,lalu dengan cepat gajah itu lari untuk menghindar. Si Pepaka tak mau kehilangan mangsanya dan segera mengejar nya. Hampir saja dapat ditangkapnya, Lidahnya sudah menjulur keluar, larinya lesu sempoyongan. Nafasnya ngosngosan, untung ia bertemu dengan si macan. Ia amat marah lalu berkata,” apa sebab kamu lari ketakutan?” Sang Gajah menjawab,”Hampir saya mati dihujani panah oleh sipemburu. Ia selalu membunuh dan mengusik binatang dalam hutan.Saya tidak berani melawan, sebab ia amat pandai memanah.”Si macan marah mendengarnya,” Kamu penakut pada manusia jahat. Percuma badanmu yang besar dan kokoh, seperti gunung berjalan,mengapa kamu sampai takut. Tak ada gunanya taringmu yang tajam dan besar,seperti senjata Hyang Indra. Nah sekarang kamu lihat ,saya akan menandinginya.
Sang macan segera mencari Si Pepaka. Dilihatnya si pemburu sudah letih,sedang bersandar dipohon kayu.,memangku senjata. Sang macan berjalan mengintip,bermaksud akan menerkam. Berjalan merangkak dari belakang, beruntung si Pepaka menoleh kebelakang. Dilihatnya si macan sudah siap akan menerkamnya. Suaranya meraung keras,” Hai kamu manusia jahat, yeng selalu membunuh binatang. Pasrahkan hatimu untuk ku makan. Sang Pepaka gemetar menangis, Hampir saja ia bisa dimakan,kalau tidak ada si Wenari seekor kera yang menolongnya,yang selalu melakukan dharma sadu.”Hai kamu pemburu mari ikut bersamaku!” Si Pepaka segera naik ke pohon kayu. Kalau saja ia tidak cepat mengikuti kata si Wenari, tentu ia akan mati dimakan si macan. Si Pepaka dituntun pelan-pelan,diajak naik kepohon Bunut.
Sang Macan marah seraya menjerit, matanya merah memblalak,sambil mengelilingi pohon, tangannya mengeruk tanah,Pohon bunut sepertinya kena angina deras,hingga bergoyangan,bisa-bisa akan tumbang. Sang macan semakin marah sambil menampakan taring yang tajam,seraya berkata,” Hai Wanari,jatuhkan ia, ia manusia yang jahat, kesalahannya amat banyak,selalu berbuat onar. Saya akan membunuhnya dan memakannya. Akan kukeluarkan perutnya,darahnya akan kuminum. Sang Pepaka takut gemetaran,serta berkata,” Kasihanilah aku,manusia yang sengsara kesedihan.” Niwenari menjawab,” Tuan,jangan takut, tidak mungkin saya akan menjatuhkan tuan.aya sangat kasihan melihat keadaan tuan.jangan ragu,” Sang Macan berkata,” Ih iba sang Wenari,tidak pantas kamu berteman dengan pemburu, karena pebuatannya jahat. Selalu membunuh,hatinya bertentangan dengan orang yang sadu.” Ni Wenari menjawab,” Bagaimana tingkah laku manusia yang kamu katakan jahat?” Sang Macan berkata, seraya menceritakan ceritra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar