I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan penduduk yang disertai dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat di kawasan Asia Timur termasuk Indonesia berkaitan pula dengan pertumbuhan industri dan transportasi di kawasan ini. Sektor industri merupakan penyumbang pencemaran udara melalui bahan bakar fosil untuk pembangkit tenaga. Industri di Indonesia masih banyak yang menggunakan batu-bara sebagai salah satu sumber energi dalam kegiatan industri. Hal tersebut tentunya akan memberikan dampak kepada lingkungan dan baik secara langsung maupun tidak langsung juga memberikan pengaruhnya terhadap kesehatan manusia.
Pencemaran udara disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, debu yang beterbangan akibat tiupan angin, hasil pembakaran bahan bakar fosil, debu dari kegiatan industri, pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara, dan sebagainya. Penyebab pencemaran udara tidak hanya karena kegiatan industri dan teknologi, tapi juga ada faktor lain yang menunjang kegiatan tersebut, yaitu faktor transportasi dan penyedia daya listrik. Faktor transportasi dan penyedia daya listrik inilah yang merupakan penyerap terbesar dalam pemakaian bahan bakar fosil, baik berupa batu bara maupun minyak bumi, sehingga produksi bahan bakar fosil dari tahun ke tahun meningkat. Akibatnya, udara relatif sudah tidak bersih lagi karena udara terkena bermacam-macam bahan pencemar. Bahan pencemar yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara, diantaranya :
- Karbon Monoksida (CO)
- Nitrogen Oksida (NOx)
- Sulfur Oksida (SOx)
- Hidrokarbon (HC)
- Partikel (Particulate)
(Wisnu Arya Wardana, 2001 )
Di Indonesia sekarang ini sedang dalam proses indsutrialisasi sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia akan turut serta dalam menambahkan komponen hujan asam, melalui pengeluaran emisi dari proses produksi yang mengandung sulfur, maupun komponen lain penyebab terjadinya hujan asam. Selain dari industri yang ada, indonesia menjadi negara yang akan merasakan hujan asam karena pembangkit listrik untuk menyuplai energi memakai bahan bakar fosil yaitu batu-bara, dimana pembakaran yang terjadi akan mengeluarkan emisi penyebab terjadinya hujan asam. Salah satu jenis sumber polutan akibat dari pembakaran batu-bara adalah sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NO2).
Kedua jenis sumber pencemar tersebut dikeluarkan oleh instalasi pembangkit tenaga listrik dan industri berat bersama dengan gas bersuhu tinggi melalui cerobong asap. Waktu tinggal komponen sulfur dan nitrogen di atmosfir cukup panjang, sehingga transportasi atau pergerakan bahan tersebut oleh angin dapat mencapai ribuan kilometer. Setelah mengalami deposisi basah dan kering, gas SO2 dan NO2 akan mengalami transformasi kimia dan pengasaman. Dua kejadian tersebutlah yang dapat menimbulkan hujan asam.
Hujan asam didefinisikan sebagai hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan asam dapat berdampak negatif terhadap ekosistem perairan dan terestrial antara lain : keasaman air bawah tanah, keasaman tanah, dan air permukaan. Dampak yang diberikan dapat secara langsung memberikan perubahan terhadap lingkungan. Perubahan lingkungan yang terjadi yaitu perubahan lingkungan menjadi suasana asam serta kejenuhan asam nitrat dan asam sulfat. Dengan adanya perubahan lingkungan tersebut akan mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia. Efek atau gangguan kesehatan yang ditimbulkan dari menghirup polutan tersebut adalah gangguan kinerja paru (Hunter BT, 2004). Selain itu, hujan asam akan menyebabkan penurunan pH tanah, sungai, dan danau, sehingga mempengaruhi kehidupan organisme tanah, air, serta kesehatan manusia. Makin rendah pH air hujan tersebut, maka makin berat dampaknya bagi mahluk hidup. Oleh karena itu, terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji tentang hujan asam dan mencoba memberikan alternatif solusi terhadap permasalahan yang ditimbulkan oleh hujan asam. Semuanya penulis sajikan dalam makalah yang berjudul”Fenomena Hujan Asam”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.
1) Apakah yang dimaksud hujan asam?
2) Apakah penyebab terjadinya hujan asam?
3) Bagaimanakah proses terjadinya hujan asam?
4) Apa sajakah dampak dari terjadinya hujan asam?
5) Bagaimanakah cara mengurangi hujan asam?
1.3.Pembatasan Masalah
Dalam makalah ini masalah yang akan dibahas difokuskan pada sulfur oksida dan nitrogen oksida sebagai sumber polutan bagi terjadinya hujan asam.
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk mendeskripsikan pengertian hujan asam
2) Untuk mendeskripsikan penyebab terjadinya hujan asam
3) Untuk mendeskripsikan proses terjadinya hujan asam
4) Untuk mendeskripsikan cara-cara mengurangi terjadinya hujan asam
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah memberikan pengetahuan dan deskripsi tentang penyebab hujan asam, proses terjadinya hujan asam, dan cara-cara mengurangi terjadinya hujan asam.
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hujan Asam
Hujan asam merupakan istilah yang kurang tepat untuk menggambarkan jatuhnya asam-asam dari atmosfer ke permukaan bumi. Istilah yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam, karena pengendapan asam dari atmosfer ke permukaan bumi tidak hanya melalui air hujan tetapi juga melalui kabut, embun, salju, aerosol bahkan pengendapan langsung. Istilah deposisi asam lebih bermakna luas dari hujan asam. Namun, dalam hal ini akan dibahas tentang pencemaran udara akibat hujan asam.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert Angus Smith pada tahun 1872 pada saat menguraikan keadaan di Menchester, sebuah daerah industri di Inggris bagian utara. Smith menjelaskan fenomena hujan asam pada bukunya yang berjudul “Air and Rain: The Beginnings of Chemical Technology“. Masalah hujan asam dalam skala yang cukup besar pertama terjadi pada tahun 1960-an ketika sebuah danau di Skandinavia meningkat keasamannya hingga mengakibatkan berkurangnya populasi ikan. Hal tersebut juga terjadi di Amerika Utara, pada masa itu pula banyak hutan-hutan di bagian Eropa dan Amerika yang rusak. Sejak saat itulah dimulai berbagai usaha penaggulangannya, baik melalui bidang ilmu pengetahuan, teknis maupun politik. Pada tahun 1970 US mulai mengontrol emisi SO2 dan NOx dengan peraturan pemerintah Clean Air Act. Peraturan ini menentukan standar polutan dari kendaraan bermotor dan industri. Pada tahun 1990 Congress menyetujui amandemen untuk lebih memperketat kontrol emisi yang menyebabkan hujan asam. Amandemen tersebut tercatat mampu mengurangi pengeluaran SO2 dari 23,5 juta ton menjadi sekitar 16 juta ton. US juga merencanakan untuk mengurangi emisi NOx hingga 5 juta ton pada tahun 2010.
Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam daripada hujan biasa (Hunter BT, 2004). Deposit asam dari atmosfer dapat bersifat basah (dari hujan, salju, atau hujan es) atau kering (dari pertukaran turbulen dan pengaruh gravitasi yang tidak berkaitan dengan hujan). Hujan asam didefinisikan pula sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Air hujan memang sedikit asam karena H2O yang ada pada air hujan bereaksi dengan CO2 di udara.
Misalnya, proses pelarutan pada Karst. Proses utama yang terjadi di dalam topografi karst adalah pelarutan. Terdapat dua hal pokok dalam proses pelarutan, yaitu unsur pelarut dan batuan terlarut. Unsur pelarut berasal dari air terutama air hujan, sedangkan unsur terlarut berupa batuan yang mudah larut seperti batugamping (Bloom, 1979). Menurut Ritter (tahun 1979) unsur kimia penting yang mempengaruhi Proses pelarutan adalah kadar-kadar karbon dioksida (CO2) dalam air hujan. Karbon dioksida yang terlarut akan membentuk asam karbonat (H2CO3). Reaksi kimia proses pelarutan adalah sebagai berikut:
CO2 + H2O → H2CO3 (1)
Selanjutnya asam akan terurai dalam bentuk ion-ion pada reaksi (2)
CO2 + H+ + H2O + HCO3
Pada batugampig CaCO3 akan terdisosiasi/terurai dalam bentuk ion-ion.
CaCO3 + Ca2+ + CO32+ (3)
CO32+ + H+ HCO3- (4)
Pada persamaan (4) reaksi ion-ion yang berasal dari dissosiasi CaCO3 dan H+ yang berasal dari dissosiasi CO2 akan menghasilkan ketidakseimbangan antara pCO2 dalam air. Hal ini akan menyebabkan lebih besar terdifusi dari udara ke dalam air dan selanjutnya terjadi reaksi sebagai berikut:
CaCO3 + H2O + CO2 + Ca2+ + 2HCO3- (5)
Semua reaksi yang berjalan meupakan reaksi keseimbangan, sehingga arah jalannya dapat berbalik (reversible). Hal ini menyebabkan perubahan suatu kondisi dapat mempengaruhi rekasi-reaksi selanjutnya. Efek difusi dari kontak udara dengan air lebih dipercepat lagi bila pergerakan air turbulen. Terdapat tiga factor utama yang mengontrol pelarutan, yaitu iklim, aktivitas biologi dan litologi. Iklim suatu daerah berkaitan erat dengan temperature dan curah hujan di daerah tersebut. Temperatur mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengontrol pelarutan dan aktivitas organic. Karbon dioksida dalam bentuk gas lebih muda larut pada air yang bersuhu rendah.
Reaksi tersebut menghasilkan asam lemah H2CO3 dan terlarut di air hujan. Apabila air hujan tercemar dengan asam-asam kuat, maka pH-nya akan turun dibawah 5,6 maka akan terjadi hujan asam.
Hujan asam sebenarnya dapat mencegah global warming, gas buang seperti SO2 penyebab hujan asam mampu memantulkan sinar matahari keluar atmosfer bumi sehingga dapat mencegah kenaikan temperatur bumi. Akan tetapi, efek samping dari hujan asam menghasilkan kerusakan lingkungan yang lebih parah dibandingkan global warming.
2.2 Kontributor Hujan Asam
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman.
Polutan yang berperan akan terjadinya hujan asam adalah zat SOX dan NOx di udara. 50% SO2 yang ada didalam atmosfer adalah alamiah, antara lain dari letusan gunung berapi dan kebakaran hutan yang alamiah. Sedangkan 50% sisanya adalah antropogenik, yaitu berasal dari aktivitas manusia, terutama dari pembakaran bahan-bahan fosil (BBF) dan peleburan logam. Namun, di daerah yang banyak mempunyai industri dan lalu lintas berat, kadar SO2 yang antrofogenik lebih tinggi. Kadar SO2 tertinggi terdapat pada pusat industri di Eropa, Amerika Utara dan Asia Timur. Di Eropa Barat, 90% SO2 adalah antrofogenik. Di Inggris, 2/3 SO2 berasal dari pembangkit listrik batu bara, di Jerman 50% dan di Kanada 63%. Emisi terbesar SO2 di dunia adalah pabrik pelebur tembaga dan nikel di Sundbury, Ontario, Kanada yang mengemisikan SO2 632.000 ton/tahun.
Seperti halnya SO2, 50% NOx dalam atmosfer adalah alamiah dan 50% antrofogenik. Pembakaran BBF juga merupakan sumber terbesar NOx sehingga di negara dengan industri maju NOx yang antrofogenik lebih besar dari pada yang alamiah. Emisi NOx dalam tahun 1980 diperkirakan sebesar 9,2 juta ton di Eropa, 19,3 juta ton di Amerika Serikat, dan 1,8 juta ton di Kanada. Instalasi pembangkit listrik dan kendaraan bermotor merupakan sumber utama NOx. NOx berasal juga dari aktivitas jasad renik tanah, di mana untuk kehidupannya menggunakan senyawa organik yang mengandung N. Oksida N itu merupakan hasil sampingan dari aktivitas jasad renik tersebut. Pupuk N dalam tanah yang tidak terserap tumbuhan juga mengalami perombakan kimia fisik dan biologi yang menghasilkan oksida N. Semakin banyak digunakan pupuk N, semakin tinggi pula produksi oksida tersebut. Sebagian dari oksida N tersebut di udara berubah menjadi asam nitrat.
Sumber asam nitrat yang lain ialah amonia (NH3). NH3 sebenarnya bersifat basa, tetapi keberadaannya di udara menetralisasi asam dengan pembentukan garam (NH4)2 dan NH4NO3 kemudian dioksidasi menjadi asam nitrat. Sumber utama NH3 ialah pertanian dan peternakan, yaitu pupuk dan kotoran ternak.
2.2.1 Zat Pencemar Udara Sulfur Dioksida (SO2)
Pada umumnya endapan belerang yang terjadi di Indonesia mempunyai
hubungan yang erat dengan aktifitas gunung api. Endapan tersebut dapat merupakan endapan sedimen, kerak belerang atau endapan hydrothermal metasomatik. Belerang yang terjadi akibat kegiatan gunung api membentuk cebakan sebagai hasil sublimasi solfatara atau fumarola disamping akibat dari gas-gas dan larutan yang mengandung belerang.
hubungan yang erat dengan aktifitas gunung api. Endapan tersebut dapat merupakan endapan sedimen, kerak belerang atau endapan hydrothermal metasomatik. Belerang yang terjadi akibat kegiatan gunung api membentuk cebakan sebagai hasil sublimasi solfatara atau fumarola disamping akibat dari gas-gas dan larutan yang mengandung belerang.
Pencemaran udara terutama oleh sulfur oksida disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3), kedua komponen sulfur oksida inilah yang disebut dengan sulfur oksida (SOx). Karakteristik sulfur dioksida (SO2) adalah memiliki bau yang tajam dan tidak mudah terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida (SO3) merupakan komponen yang reaktif. Kedua bentuk sulfur oksida ini dihasilkan dari hasil pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur. Di udara, jumlah sulfur dioksida (SO2) yang terbentuk lebih besar daripada sulfur trioksida (SO3) yang jumlahnya hanya 1% sampai 10% dari total sulfur oksida. Ini dibuktikan dengan adanya konsentrasi sulfur dioksida (SO2) yang mulai terdeteksi oleh indera manusia ketika konsentrasinya berkisar antara 0,3 – 1 ppm di udara.
Di atmosfer, ketika gas sulfur dioksida (SO2) bertemu dengan gas oksigen di udara akan membentuk gas sulfur trioksida (SO3), berikut reaksinya :
2 SO2 + O2 2 SO3
Gas sulfur trioksida (SO3) ini berbau tajam dan tidak berwarna, sehingga dapat menimbulkan serangan asma. Gas ini pula akan membentuk hujan asam ketika bereaksi di atmosfer.
Gas sulfur dioksida (SO2) akan membentuk garam sulfat ketika bereaksi dengan oksida logam, melalui proses kimiawi, berikut reaksinya :
4MgO + 4SO2 3MgSO4 + MgS
Gas sulfur dioksida (SO2) akan membentuk asam sulfit ketika bereaksi dengan udara yang mengandung uap air, berikut reaksinya :
SO2 + H2O H2SO3 (asam sulfit)
Gas sulfur trioksida (SO3) akan membentuk asam sulfat ketika bereaksi dengan udara yang mengandung uap air, berikut reaksinya :
SO3 + H2O H2SO4 (asam sulfat)
Komponen normal di udara ditempati oleh asam sulfat (H2SO4) bukan gas sulfur trioksida (SO3), karena jumlah asam sulfat (H2SO4) di udara lebih banyak dibandingkan dengan jumlah emisi SO3 yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa produksi asam sulfat (H2SO4) berasal dari berbagai mekanisme lain.
Setelah berada di atmosfer, gas sulfur dioksida (SO2) akan membentuk gas sulfur trioksida (SO3), yang kemudian akan membentuk asam sulfat (H2SO4) melalui proses fotolitik dan katalitik. Beberapa faktor yang mempengaruhi gas sulfur dioksida (SO2) teroksidasi menjadi gas sulfur trioksida (SO3), diantaranya :
- Jumlah air yang tersedia
- Jumlah bahan katalik
- Intensitas, waktu, dan distribusi spektrum sinar matahari
- Bahan sorptif
- Alkalin yang tersedia
Sifat Kimia dan Sifat Fisika Sulfur Oksida
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatmasing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigenif yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.
Konsentrasi SO2 di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia saat konsentrasinya berkisar antara 0,3-1 ppm. Gas buangan hasil pembakaran pada umumnya mengandung SO2 lebih banyak daripada gas SO3. Jadi dalam hal ini yang dominan adalah gas SO2. Namun demikian, gas tersebut akan bertemu dengan oksigen yang ada di udara dan kemudian membentuk gas SO3 melalui reaksi berikut :
2SO2 + O2 2SO3
Gas SO2 juga dapat membentuk garam sulfat apabila bertemu dengan oksida logam, yaitu melalui proses kimiawi berikut ini :
4MgO + 4SO2 3MgSO4 + MgS
Udara yang mengandung uap air akan bereaksi dengan gas SO2 sehingga membentuk asam sulfit :
SO2 + H2O H2SO3 (asam sulfit)
Udara yang mengandung uap air juga akan bereaksi dengan gas SO3 membentuk asam sulfat :
SO3 + H2O H2SO4 (asam sulfat)
Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4 tetapi jumlah H2SO4 di atmosfir lebih banyak daripada yang dihasilkan dari emisi SO3 hal ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari mekanisme lainnya. Setelah berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi SO3 (kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-proses fotolitik dan katalitik. Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jumlah air yang tersedia intensitas, waktu dan distribusi spektrum sinar matahari, Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia. Pada malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO2 di udara diaborpsi oleh droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk membentuk sulfat di dalam droplet.
Gambar 1.1 Proses terjadinya hujan asam
Sumber Pencemaran SOx
Pencemaran SOx diudara terutama berasal dari pemakaian batu bara yang digunakan pada kegiatan industri, transportasi, dan lain sebagainya. Belerang dalam batu bara berupa mineral besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral logam sulfida lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak dihasilkan SOx karena mineral-mineral logam banyak terikat dalam bentuk sulfida. Pada proses peleburan sulfida logam diubah menjadi oksida logam. Proses ini juga sekaligus menghilangkan belerang dari kandungan logam karena belerang merupakan pengotor logam. Pada suhu tinggi sulfida logam mudah dioksida menjadi oksida logam melalui reaksi berikut :
2ZnS + 3O2 2ZnO + 2SO2
2PbS + 3O2 2PbO + 2SO2
Selain tergantung dari pemecahan batu bara yang dipakai sebagai bahan bakar, penyebaran gas SOx, ke lingkungan juga tergnatung drai keadaan meteorologi dan geografi setempat. Kelembaban udara juga mempengaruhi kecepatan perubahan SOx menjadi asam sulfat maupun asam sulfit yang akan berkumpul bersama awan yang akhirnya akan jatuh sebagai hujan asam. Hujan asam inilah yang menyebabkan kerusakan hutan di Eropa (terutama di Jerman) karena banyak industri peleburan besi dan baja yang melibatkan pemakaian batu bara maupun minyak bumi di negeri itu.
Dampak SOx
Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi pada kadaster sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada ka adar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular. Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relatif rendah.
Gas SO2 yang berbau tajam dan tak bewarna dapat menimbulkan serangan asma dan karena gas ini menetap di udara, bereaksi dan membentuk partikel-partikel halus dan zat asam. Disisi lain, gas ini juga menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas sehingga menimbulkan gejala batuk dan sesak nafas. Hal seperti itulah yg kira-kira terjadi ketika para pekerja tambang bekerja di dalam lorong bumi "open pit" di Papua, dimana sirkulasi udara sangat terbatas, atau ketika suhu rendah, conveyor berjalan yg membawa bijih tambang mengandung SO2 dan susah menguap, memungkinkan terhirup oleh pekerja. Kadar SO2 yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan adalah sebagai berikut :
1. 3 - 5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
2. 8 - 12 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan
3. 20 Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi mata
4. 20 Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan batuk
5. 20 Maksimum yang diperbolehkan untuk konsentrasi dalam waktu lama
6. 50-100 Maksimum yang diperbolehkan untuk kontrak singkat ( 30 menit )
7. 400 - 500 Berbahaya meskipun kontak secara singkat
Walaupun SO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia hanya merupakan bagian kecil dari SO2 yang ada di atmosfer, tetapi pengaruhnya sangat serius karena SO2 langsung dapat meracuni makhluk disekitarnya. SO2 yang ada diatmosfer menyebabkan iritasi saluran pernapasan dan kenaikan sekresi mucus. Orang yang mempunyai pernapasan lemah sangat peka terhadap kandungan SO2 yang tinggi diatmosfer. Dengan konsentrasi 500 ppm, SO2 dapat menyebabkan kematian pada manusia.
Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan daerah diantara tulang-tulang daun rusak. Secara kronis SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis. Kerusakan tanaman iniakan diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. SO2 diudara akan berubah menjadi asam sulfat. Oleh karena itu, didaerah dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam sulfat (gambar 1.2).
Kerusakan juga dialami oleh bangunan yang bahan-bahannya seperti batu kapur, batu pualam, dolomit akan dirusak oleh SO2 dari udara. Efek dari kerusakan ini akan tampak pada penampilannya, integritas struktur, dan umur dari gedung tersebut (gambar 1.3).
Cara Mengatasi Dampak dari Gas SO2
Sementara banyak proses telah diusulkan untuk menghilangkan belerang dioksida dari cerobong asap seperti tabel 1.1 melalui system ”Scrubbing”. Proses ini meliputi pembuangan dan pengambilan kembali ‘recovery” dalam system kering dan basah. Sistem pembuangan kering meliputi injeksi dari batu kapur atau dolomite kering kedalam ketel uap, diikuti dengan recovery dari kapur kering, sulfit, dan sulfat. Reaksi keseluruhan untuk dolomite adalah :
CaCO3 MgCO3 + SO2 + ½ O2 CaSO4 + MgO + 2 CO2
Tabel 1.1 Sistem “Scrubbing” cerobong asap
Proses | Reaksi Kimia | Keuntungan /kerugian |
Lime slurry scrubbing | Ca (OH)2 + SO2 CaSO3 + H2O | 200 kg kapur dipakai per metric ion batu bara / pencemaran semakin menumpuk |
Lime stone slurry scrubbing | CaCO3 + SO2 CaSO3 + CO2 | Tidak efisien, pH rendah |
Magnesium Oksida Scrubbbing | Mg (OH)2 + SO2 MgSO3 + H2O | Pengabsorbsi tidak bisa diregenarasi |
Sodium base Scrubbing | Na2SO3 + H2O + SO2 2 NaHSO3 2 NaHSO3 + panas Na2SO3 + H2O + SO2 | Biaya mahal, regenerasi SO2 |
Sumber : Manahan, 1994
Pencemaran udara akibat sulfur oksida dapat diminimalisasi dengan melakukan pencegahan dan penanggulan pada beberapa sumber tenaga, diantaranya :
1. Pada sumber bergerak pencegahan untuk mengurangi pencemaran udara akibat gas sulfur oksida (SOx) dapat dilakukan dengan merawat mesin kendaraan bermotor agar dapat berfungsi dengan baik, melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala, serta memasang filter pada knalpot.
2. Pada sumber tidak bergerak pencegahan untuk mengurangi pencemaran udara akibat gas sulfur oksida (SOx) dapat dilakukan dengan memasang scruber pada cerobong asap, merawat mesin industri agar tetap baik dan melakukan pengujian secara berkala, serta menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar sulfur yang rendah.
3. Jika kadar gas sulfur oksida (SOx) telah melebihi baku mutu lingkungan, maka upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh manusia agar tidak berdampak negatif pada kesehatan adalah menggunakan alat pelindung diri (APD), seperti masker gas dan mengurangi aktifitas di luar rumah.
4. Agar pencemaran udara akibat gas sulfur oksida (SOx) tidak meningkat, maka untuk bahan baku industri khususnya industri yang menggunakan bahan baku sulfur harus mengelola bahan baku tersebut sesuai dengan prosedur pengamanan.
5. Untuk daerah tambang sulfur, Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Kimia telah ditetapkan berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor SE-02/MEN/1978. Di dalam surat edaran ini, disebutkan bahwa bagi mereka yang bekerja di daerah tambang diharuskan untuk melakukan pengukuran terhadap gas sulfur oksida di tempat mereka bekerja agar bagi mereka para pekerja yang bekerja di bawah tambang menghirup gas tersebut dapat mengeluarkan atau menghembuSkannya ke udara bebas, sehingga sirkulasi udara di bawah tambang tetap berjalan dengan lancar.
6. Jika pencemaran udara akibat gas sulfur oksida (SOx) menyebabkan jatuhnya korban, maka beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu memindahkan korban ke tempat udara yang bersih, memberikan nafas buatan, dan memberikan pengobatan (Dahlan,2009).
2.2.2 Zat Pencemar Nitrogen Oksida (NOx)
Peran nitrogen sangat penting dalam siklus unsur untuk kesetimbangan dan sekitar 78% udara terdiri dari nitrogen, 20.94 % volume adalah oksigen (O2), 0.93% Argon (Ar), 0.03% berupa Karbondioksida, serta 0.02% berupa Neon (Ne) dan Uap air (H2O). Gas-gas ini dapat bergerak dengan bebas dan menopang kehidupan di permukaan bumi. Beberapa organisme mampu mengikat nitrogen bebas membantu dalam daur nitrogen.
Kilat dan sinar kosmis juga mampu mengikat nitrogen dan membentuk senyawa dengan unsur lain, sehingga dihasilkan senyawa yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman dan hewan. Siklus nitrogen amat kompleks. Namun manusia telah mengganggunya, misalnya dengan mengikat nitrogen dan kemudian membuat rabuk buatan.
Jumlah yang dikerjakan manusia ini sama banyak dengan yang dikerjakan oleh seluruh alam semesta. Di alam terjadi kesetimbangan antara nitrogen yang diikat oleh mikroorganisme dengan yang dibebaskan oleh mikroorganisme lain. Nitrogen oksida merupakan pencemar. Sekitar 10% pencemar udara setiap tahun adalah nitrogen oksida (NOx). Ada delapan kemungkinan hasil reaksi bila nitrogen bereaksi dengan oksigen. Yang jumlahnya cukup banyak hanyalah tiga yaitu : N2O, NO, dan NO2. secara umum di atmosfer, NOx ditemukan dalam bentuk nitrous oksida (N2O), Nitrik Oksida (NO), dan Nitrogen dioksida (NO2). Yang tersangkut dalam pencemaran udara hanyalah NO dan NO2. NOx masuk kedalam atmosfer melalui proses biologis, terjadinya petir (halilintar), dan pembakaran bahan bakar fosil.
Nitrous oksida (N2O) dihasilkan oleh proses mikrobiologis dan relatif tidak reaktif. N2O jumlahnya paling banyak diantara ketiga oksida. Berupa gas tidak berwarna, tidak bereaksi dengan ozon, oksigen, dan hidrokarbon yang ada di udara. Konsentrasi N2O adalah sekitar 0.25 bpj dan terbentuk dari sumber alam. Biasanya kadar N2O akan berkurang dengan bertambahnya ketinggian di stratosfer karena terjadinya reaksi fotokimia.
NO yang ada di udara belum lama diketahui. Kemungkinan sumbernya adalah pembakaran yang dilakukan pada suhu tinggi. NO dapat juga dihasilkan dari pembakaran batubara dan minyak bumi karena bahan bakar ini juga mengandung senyawa nitrogen. Nitrik oksida (NO) merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Sebagian besar NOx masuk ke udara adalah sebagai NO karena pada suhu yang relatif tinggi terjadi reaksi :
Mula-mula terbentuk NO tetapi zat ini akan mengalami oksidasi lebih lanjut oleh oksigen atau ozon. Lambat atau cepat dan menghasilkan NO2. NO2 adalah gas beracun yang berwarna merah keabu-abuan dan yang terpenting dalam udara tercemar, berbau seperti asam nitrat. Reaksi NO dengan O2 di atmosfer akan meningkatkan NO2, dengan reaksi :
Sebaliknya konsentrasi NO2 dapat berkurang dengan terbentuknya asam nitrat, melalui reaksi :
Sifat Fisik dan Kimia
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfer yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2. Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210°C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang raadigunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C, oleh karena itu reaksi ini merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran.
Sumber dan Ditribusi
Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari pada di udara pedesaan. Kadar NOx diudara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin. Kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari tergantung dari intensitas sinar mataharia dan aktivitas kendaraan bermotor.
Perubahan kadar NOx berlangsung sebagai berikut :
o Sebelum matahari terbit, kadar NO dan NO2 tetap stabil dengan kadar sedikit lebih tinggi dari kadar minimum seharihari
o Setelah aktifitas manusia meningkat ( jam 6-8 pagi ) kadar NO meningkat terutama karena meningkatnya aktivitas lalulintas yaitu kendaraan bermotor. Kadar NO tetinggi pada saat ini dapat mencapai 1-2 ppm
o Kadar ozon meningkat dengan menurunnya kadar NO sampai 0,1 ppm.
o Jika intensitas sinar matahari menurun pada sore hari ( jam 5-8 malam ) kadar NO meningkat kembali.
o Energi matahari tidak mengubah NO menjadi NO2 (melalui reaksi hidrokarbon) tetapi O3 yang terkumpul sepanjang hari akan bereaksi dengan NO. Akibatnya terjadi kenaikan kadar NO2 dan penurunan kadar O3.
o Produk akhir dari pencemaran NOx di udara dapat berupa asam nitrat, yang kemudian diendapkan sebagai garam-garam nitrat didalam air hujan atau debu.
o Kemungkinan lain pembentukan HNO3 didalam udara tercemar adalah adanya reaksi dengan ozon pada kadar NO2
Penelitian tahun 1980-1990-an mengatakan bahwa oksida nitrogen atau NOx yang dihasilkan dari hasil pembuangan mesin jet dapat merusak lapisan ozon lebih parah dari pada CFC (Cloro - Fluoro - Carbon), gas yang sering dituduh sebagai perusak ozon. Bahkan beberapa ahli atmosfir yang tergabung dalam badan lingkungan hidup WWF (World Wide Fund) tahun 1991 mengatakan bahwa yang patut dijadikan tersangka utama semakin melebarnya lubang ozon adalah polusi NOx dari sistem transportasi udara. Hal ini karena NOx secara kimiawi dapat mengurai ozon dengan bantuan sinar ultraviolet matahari. Emisi gas buangan pesawat ini banyak terdapat di ketinggian jelajah pesawat (10-12 km) sehingga makin mudah saja mengurai ozon (O3) menjadi oksigen (O2) yang tidak bisa berbalik lagi menjadi ozon.
Ahli klimatologi banyak yang mendukung penelitian WWF ini mengingat sifat CFC yang dapat bereaksi dengan O3 tapi dalam kenyataannya gas ini terlalu berat untuk mencapai batas troposfir-stratosfir. Bahkan menurut penelitian WWF, emisi NOx memberikan kontribusi dalam pemanasan global sebesar 5-40% yang sangat mengejutkan karena sama sekali tak diperhitungkan dalam daftar penyebab efek rumah kaca (pemanasan global) yang telah dikenal luas seperti CFC, CO2, dan SO2. Polusi yang dihasilkan dari mesin-mesin terbang (exhaust gas polution) perlu diperhatikan dampak buruknya terhadap lingkungan. Meskipun “hanya” menyumbang sekitar 3% dari total polusi udara dunia tapi dengan banyaknya pesawat terbang komersial yang operasional dari hari ke hari bisa jadi angka persentase tersebut semakin meningkat. Kontribusi mesin pesawat terbang terhadap pemanasan global dapat diminimalisir melalui kontrol terhadap emisi CO2 (dengan mengurangi pembakaran atau efisiensi pembakaran). Kontribusi terhadap perusakan ozon dari aktivitas penerbangan komersial dinilai masih sangat kecil bila dibandingkan kontribusi industri dan aktivitas kendaraan darat (lihat tabel 1.1) berikut ini.
Dampak NOx
Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun. Penelitian terhadap hewan percobaan yang dipajankan NO dengan dosis yang sangat tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan sistim syaraf dan kekejangan. Penelitian lain menunjukkan bahwa tikus yang dipajan NO sampai 2500 ppm akan hilang kesadarannya setelah 6-7 menit, tetapi jika kemudian diberi udara segar akan sembuh kembali setelah 4–6 menit. Tetapi jika pemajanan NO pada kadar tersebut berlangsung selama 12 menit, pengaruhnya tidak dapat dihilangkan kembali, dan semua tikus yang diuji akan mati. NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.
Udara yang telah tercemar oleh gas nitrogen oksida tidak hanya berbahaya bagi manusia dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman. Pengaruh gas NOx pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Pada konsentrasi yang lebih tinggi gas tersebut dapat menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada jaringan daun. Dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna sebagai temapat terbentuknya karbohidrat melalui proses fotosintesis. Akibatnya tanaman tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan. Konsentrasi NO sebanyak 10 ppm sudah dapat menurunkan kemampuan fotosintesis daun sampai sekitar 60% hingga 70%.
Pengendalian NOx
- Pencegahan
- Sumber Bergerak
a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
b) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
c) Memasang filter pada knalpot.
b) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
c) Memasang filter pada knalpot.
- Sumber Tidak Bergerak
a) Mengganti peralatan yang rusak.
b) Memasang scruber pada cerobong asap.
c) Memodifikasi pada proses pembakaran.
b) Memasang scruber pada cerobong asap.
c) Memodifikasi pada proses pembakaran.
- Manusia
Apabila kadar NO2 dalam udara ambien telah melebihi baku mutu ( 150 mg/Nm3 dengan waktu pengukur 24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya :
a) Menggunakan alat pelindung diri, seperti masker gas.
b) Mengurangi aktifitas di luar rumah.
a) Menggunakan alat pelindung diri, seperti masker gas.
b) Mengurangi aktifitas di luar rumah.
- Penanggulangan
a) Mengatur pertukaran udara di dalam ruang, seperti mengunakan exhaust-fan.
b) Bila terjadi korban keracunan, maka lakukan :
- Berikan pengobatan atau pernafasaan buatan.
- Kirim segera ke Rumah Sakit - Ada dua cara untuk menghindari pembakaran tidak sempurna, maka dilakukan 2 proses pembakaran yaitu :
1. Bahan bakar dibakar pada temperatur tinggi dengan sejumlah udara sesuai dengan persamaan stoikiometri, misalnya dengan 90 -95% udara. Pembakaran NO dibatasi tidak dengan adanya kelebihan udara.
2. Bahan bakar dibakar sempurna pada suhu relatif rendah dengan udara berlebih. Suhu rendah menghindarkan pembentukan NO.
2.3 Dampak Terjadinya Hujan Asam Secara Umum
Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :
Ø Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya spesies yang bertahan. Jenis plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang (Anonim, 2002). Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman.
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya spesies yang bertahan. Jenis plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang (Anonim, 2002). Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman.
Ø Tumbuhan dan Hewan
Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati. Seperti halnya danau, Hutan juga mempunyai kemampuan untuk menetralisir hujan asam dengan jenis batuan dan tanah yang dapat mengurangi tingkat keasaman. Pencemaran udara telah menghambat fotosintesis dan immobilisasi hasil fotosintesis dengan pembentukan metabolit sekunder yang potensial beracun. Sebagai akibatnya akar kekurangan energi, karena hasil fotosintesis tertahan di tajuk. Sebaliknya tahuk mengakumulasikan zat yang potensial beracun tersebut. Dengan demikian pertumbuhan akar dan mikoriza terhambat sedangkan daunpun menjadi rontok. Pohon menjadi lemah dan mudah terserang penyakit dan hama. Penurunan pH tanah akibat deposisi asam juga menyebabkan terlepasnya aluminium dari tanah dan menimbulkan keracunan. Akar yang halus akan mengalami nekrosis sehingga penyerapan hara dan iar terhambat. Hal ini menyebabkan pohon kekurangan air dan hara serta akhirnya mati. Hanya tumbuhan tertentu yang dapat bertahan hidup pada daerah tersebut, hal ini akan berakibat pada hilangnya beberapa spesies. Ini juga berarti bahwa keragaman hayati tamanan juga semakin menurun.
Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kematian tumbuhan tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari analisis daun yang terkena deposisi asam menunjukkan kadar magnesium yang rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah satu nutrisi assensial bagi tanaman. Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium dari tanah karena pH yang rendah dan kerusakan daun meyebabkan pencucian magnesium di daun.
Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan asam. Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan) semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan karena kulitnya terkena air dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan kepunahan spesies.
Ø Kesehatan manusia.
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa NOx dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat. Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam juga dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus suphate, yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang akan menyebabkan penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat mempertinggi resiko terkena kanker kulit karena senyawa sulfat dan nitrat mengalami kontak langsung dengan kulit.
Ø Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Hujan Asam adalah sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah.
2. Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran.
3. Dampak hujan asam tidak hanya mengganggu kesehatan manusia, namun juga keberlangsungan hidup tumbuhan dan binatang.
DAFTAR FUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta : Aupi
Anonim. 2008.Sulfur Oksida.diakses pada tanggal 18 Maret 2010 dari alamat http://www.mupeng.com/forum/showthread.php?t=4580
Anonim. 2008.Pencemaran Lingkungan.diakses pada tanggal 18 Maret 2010 dari alamat http://dahlanforum.wordpress.com/2009/03/27/pencemaran-lingkungan/
Anonim. 2008.pencemaran udara.diakses pada tanggal 18 Maret 2010 dari alamat http://pkukmweb.ukm.my/~zuhairi/Pengajaran/internet_projects/stae2213/kump1/Udara.htm
Anonim. 2008.Pencemaran Udara.diakses pada tanggal 20 Maret 2010 dari alamat http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/sains/sains6.htm
Anonim. 2008.Pencemaran Lingkungan.diakses pada tanggal 12 april 2009 dari alamat http://kingstephen.blog.friendster.com/2008/12/aaaaa/
Anonim. 2008.Pencemaran Udara.diakses pada tanggal 18 Maret 2010 dari alamat http://lkpk.org/2007/01/10/mewaspadai-racun-timbal-diudara-kita/
Anonim. 2008.Dampak Pencemaran Udara.diakses pada tanggal 10 Maret 2010 dari alamat http://wapedia.mobi/ms/Pencemaran_udara
Anonim. 2008. Nitrogen Oksida. diakses pada tanggal 10 Maret 2010 di alamat http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/20/nitrogen-oksida-nox/
Manik,K.E.S.2003.Pengelolaan Lingkungan Hidup.Jakarta : Djambatan
Sastrawijaya,A.Tresna. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta
Wardhana,Wisnu Arya.2001. Dampak Pencemaran Lingkungan.Yogyakarta: Andi Yogyakarta