Minggu, 13 Februari 2011

Praktikum Kimia Tembaga

Disusun Oleh :
 Putu Eka Surya Putra (0713031001)
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA, Undiksha Singaraja
 
KIMIA TEMBAGA

I.       Tujuan percobaan
1.      Mempelajari reaksi pendahuluan tentang tembaga
2.      Mempelajari pembuatan tembaga (I) oksida
3.      Mempelajari reaksi antara tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan asam
4.      Mempelajari pembuatan tembaga (I) yodida

II.    Dasar teori
Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat. Melebur pada 1038oC. Karena potensial elektrode standarnya positif, tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen bisa larut sedikit. Tembaga yang terdapat di bumi ini tidak melimpah (55 ppm) namun terdistribusi secara luas sebagai logam dalam sulfida, arsenida, klorida dan karbonat. Mineral yang paling umum adalah chalcopyrite CuFeS2. Tembaga diekstraksi dengan pemanggangan dan peleburan oksidatif atau dengan pencucian dengan bantuan mikroba, yang diikuti oleh elektrodeposisi dari larutan sulfat kimiawi tembaga ditemukan sebagai Cu+ dan Cu2+.
Elektroplating merupakan suatu proses pengendapan elektro lapisan logam pada elektrode yang bertujuan membentuk permukaan dengan logam dasarnya. Logam yang dilapisi adalah tembaga karena mudah dibentuk menjadi perhiasan, alat industri, bagian kendaraan bermotor dan lain sebagainya. Reaksi antara Cu2O dan H2SO4 encer :
2Cu2O + 4H+ + 2SO42- → 4Cu + 2SO2 + 2H2O + 2O2
Yang bertindak sebagai oksidator adalah H2SO4, sedangkan yang bertindak sebagai reduktor adalah Cu2O.
Dalam suatu Sistem Periodik Unsur (SPU), tembaga termasuk ke dalam golongan IB. Tembaga, perak dan emas disebut logam koin karena dipakai sejak lama sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal ini disebabkan oleh logam ini tidak reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu yang lama. Tembaga adalah logam berdaya hantar listrik tinggi, maka dipakai sebagai kabel listrik. Tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut dalam HNO3. Senyawa tembaga (I) stabil dalam larutan air bila keadaan tembaga (I) mengalami disproporsionasi dalam alrutan air dan bila konsentrasi dari tembaga tersebut sangat rendah.
Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Cu+ mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan berarti larutan senyawa Cu(I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai pada keadaan bagaimana mereka ditemukan, yaitu jika kita mencoba membuat (Cu+) cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan berada pada jumlah banyak (sebab konsentrasinya harus sekitar dua juta dikalikan pangkat dua dari Cu­­+. Disproporsionasi akan menajdi sempurna. Di lain pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap), Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap. Ditinjau dari struktur elektron yang lebih stabil adalah Cu+, karena elektronnya terisi penuh, sedangkan untuk ion Cu2+ tidak stabil karena orbital tidak terisi penuh elektron.
Tembaga (I) seperti terdapat dalam CuI dan Cu(CN) memiliki bentuk stereokimia tetrahedral, sedangkan Cu (II) memiliki bentuk yang lebih beragam. Segiempat untuk CuO(s), CuCO, atau CuCl dan oktahedral terdistorsi dalam ikatan trans yang lebih panjang sebagai contoh Cu(H2O) dan CuCl2(s).
Tembaga dalam jumlah yang kecil esensial bagi kehidupan, tetapi akan bersifat racun dalam jumlah yang besar, terutama bagi bakteri, alga, dan fungi. Diantara banyak senyawa tembaga yang digunakan sebagai pestisida adalah asetat basa, karbonat, klorida, hidroksida, dan sulfat. Secara komersil senyawa tembaga yang terpenting adalah CuSO4.5H2O. Selain dalam bidang pertanian, CuSO4 juga digunakan untuk baterai dan penyepuhan, pembuatan garam tembaga yang lain, perminyakan, karet, dan industri baja.
Secara umum garam tembaga (I) tidak larut dalam air. Senyawa-senyawa tembaga (II), yang dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO hitam. Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air. Warna ini benar-benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat (II) [Cu (H2O)]2+ saja. Garam-garam tembaga (II) anhidrat, seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning). Senyawa-senyawa Cu (I) berwarna putih kecuali oksidasinya merah. Sedangkan senyawa Cu (II) hidratnya biru dan anhidratnya abu-abu. Senyawa-senyawa Cu (II) lebih stabil dalam larutan. Mereka beracun dan mengion yang berwarna gelap (biru gelap) yang terbentuk dengan larutan amonia berlebihan. Cu digunakan buat kabel, kawat, peralatan listrik; dalam logam-logam paduan; monel, perunggu kuningan, perak jerman, perak nikel untuk ketel dan lain-lain. Umumnya bijih tembaga hanya mengandung 0,5% Cu. Pemekatan bijih ini sangat diperlukan. Hal ini biasanya dilakukan dengan pengembangan menghasilkan bijih pekat dengan kandungan sekitar 20-40%. Untuk mendapatkan tembaga yang lebih murni, Cu2O direduksi dengan karbon (C). Reaksinya sebagai berikut
2Cu2O + C → 4Cu + CO2
Tembaga merupakan salah satu logam yang terdapat cukup banyak dalam keadaan bebas. Metalurgi dan kegunaan tembaga. Melalui ekstraksi tembaga dari bijihnya (biasanya sebagai sulfida) lebih rumit. Kekompleksan ini meningkat sebab adanya besi sulfida pada bijih tembaga. Prosedur yang biasa digunakan mengakibatkan besi diproduksi bersama-sama dengan tembaga. Untuk menghindari hal ini, besi harus dipisahkan sebelum reduksi akhir logam tembaga dilakukan. Lima langkah yang dilakukan adalah pemekatan, pemanggangan, peleburan, pengubahan dan pengilangan. Senyawa tembaga (I) stabil dalam larutan air bila keadaan tembaga (I) mengalami disproporsionasi dalam alrutan air dan bila konsentrasi dari tembaga tersebut sangat rendah.
Potensial pengionan pertama Cu lebih tinggi daripada golongan alkali. Karena elektron-elektron pada kulit d juga dilibatkan dalam ikatan logam, panas penyubliman dan titik leleh tembaga juga jauh lebih tinggi daripada alkali. Jika kita membuat Cu+ cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan berada pada jumlah banyak. Disproporsionasi akan menjadi sempurna. Di lain pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap), Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap. Cu+(aq) mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku).
Asam tatrat atau asam sitrat terkandung dalam suatu larutan, maka tembaga (II) hidroksida tak diendapkan oleh larutan basa alkali, tetapi larutan jadi berwarna biru. Jika larutan yang basa ini diolah dengan zat-zat pereduksi tertentu, seperti hidroksilamina, hidrazina, glukosa dan asetaldehida maka tembaga (I) hidroksida yang kuning mengendap dari larutan yang hangat, yang kemudian diubah menjadi tembaga (I) oksida merah (www. annisanfushie, weblogs).
Sifat-sifat katalitik dari senyawa-senyawa tembaga
Senyawa-senyawa tembaga mengkatalisis banyak reaksi baik sebagai katalitik homogen, heterogen, dalam fase gas, dengan pelarut organic, maupun dalam air. Kebanyakan dari reaksi-reaksi ini, khususnya jika dalam larutan dalam air melibatkan sistem oksidasi-reduksi dan sebuah siklus redok Cu+ – Cu2+. Oksigen molekuler sering dapat digunakan sebagai oksidan, seperti oksida asam askorbat yang dikatalis tembaga dan dalam proses Wecker (pembuatan PdCl2 dengan melibatkan CuCl2, HCl, dan O2). Oksidasi mungkin melibatkan reaksi adisi oksidatif awal sebagai berikut.
Cu+ + O2                     CuO2+
CuO2+ + H+                 Cu2+ + HO2
Cu+ + H2O                  Cu2+ + HO2
H+ + HO2                   H2O2
Senyawa-senyawa tembaga mempunyai banyak kegunaan dalam kimia organic untuk oksidasi seperti fenol oleh kompleks amina. Kompleks amina dari Cu2+ dan halogenasi. Tembaga (II) juga mempunyai kedudukan cukup penting dalam biokimia (Sudria, 2002).

III. Alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang diguankan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.
No
Alat
Jumlah
Bahan
Jumlah
1
Tabung reaksi
1 rak
Tembaga
Secukupnya
2
Gelas ukur 10 mL
1 buah
Garam Rochelle
Secukupnya
3
Corong
1 buah
NaOH 1 M
Secukupnya
4
Gelas kimia 100 mL
3 buah
H2SO4 1M
Secukupnya
5
Pipet tetes
2 buah
Glukosa
Secukupnya
6
Batang pengaduk
1 buah
Tembaga (II) oksida
Secukupnya
7
Spatula
1 buah
Tembaga (II) klorida
Secukupnya
8
Gelas kimia 250 mL
1 buah
Tembaga (II) bromida
Secukupnya
9
Penjepit tabung
1 buah
HCl 2 M
Secukupnya
10
Pembakar bunsen
1 buah
HNO3 1M
Secukupnya

HCl pekat
Secukupnya
CuSO4 0,25 M
Secukupnya
KI
Secukupnya
Na2S2O3
Secukupnya



IV. Prosedur kerja dan hasil pengamatan

No
Prosedur Kerja
Hasil Pengamatan
A
Eksperimen Pendahuluan
1
Sekeping logam dipanaskan pada nyala pembakar dengan penjepit
Keping logam berwarna merah keemasan. Setelah dibakar warna api berubah menjadi hijau disekeliling logam dan warna pada logam setelah dipanaskan berwarna kemerah-merahan.
2
Sekeping tembaga dimasukkan ke dalam 2 mL asam nitrat encer, kemudian dipanaskan. Gas yang terbentuk diperiksa.
Keping tembaga dimasukkan ke dalam asam nitrat encer dan dipanaskan terbentuk gas perak dan larutan berwarna kebiruan.
3
Ditambahkan setetes demi setetes larutan NaOH encer ke dalam 2 mL larutan tembaga sulfat, sampai NaOH berlebih
Setelah larutan CuSO4 yang berwarna biru ditetesi dengan larutan NaOH encer terbentuk gumpalan biru bagian atas larutan dan endapan berwarna biru. Setelah ditambahi dengan NaOH berlebih endapan yang terbentuk melarut.
4
Ditambahkan setetes demi setetes larutan ammonia ke dalam 2 mL larutan tembaga sulfat, sampai larutan ammonia berlebih.
Larutan CuSO4 yang berwarna biru ditetesi dengan larutan ammonia yang tak berwarna terbentuk larutan berwarna biru muda dan endapan berwarna biru. Setelah ditetesi dengan ammonia berlebih endapan melarut dan larutan berwarna biru pekat.
5
Ditambahkan setetes demi setetes HCl pekat ke dalam 2 mL larutan CuSO­
Larutan CuSO4 ditetesi dengan larutan HCl pekat larutan yang semula berwarna biru menjadi memudar. Setelah ditetesi berlebih terbentuk larutan berwarna hijau.
6
HCl pekat ditambahkan terus sampai tidak terjadi lagi perubahan.
Setelah ditambahkan HCl lagi, tidak terjadi perubahan lagi.
B
 Tembaga (I) dan Tembaga (II)
1
Sebanyak 5 mL tembaga (II) sulfat dimasukkan ke dalam tabung
Tembaga (II) sulfat berwarna biru muda
2
Mencampurkan 5 mL larutan NaOH dan 1 gram kalium (V) natrium tartarat (garam Rochelle) ke dalam tabung reaksi yang lain.
Setelah dicampurkan dengan NaOH dan garam Rochelle terbentuk endapan berwarna putih dan larutan tak berwarna.
3
Selanjutnya larutan ini ditambahkan tembaga sulfat sampai endapan yang terbentuk tepat melarut.
Setelah campuran NaOH dan garam Rochelle ditambahkan dengan CuSO4 terbentuk endapan berwarna biru tua. Setelah dikocok endapan yang terbentuk melarut.
4
Sebanyak 1 gram glukosa ditambahkan pada campuran di atas, dan dipanaskan sampai terjadi endapan merah jingga.
Glukosa berwarna serbuk putih. Setelah campuran tadi ditambahkan dengan glukosa terbentuk larutan berwarna biru tua. Setelah dipanaskan larutan lama-kelamaan menjadi berwarna hijau, bagian bawah berwarna merah serta terbentuk endapan berwarna merah jingga.
5
Endapan dibiarkan mengendap, kemudian larutan didekantasi dan dicuci dengan air.
Setelah didekantasi dan dicuci dengan air terbentuk larutan berwarna coklat dan endapan berwarna merah jingga.
6
Endapan ini digunakan untuk eksperimen 2 endapan merah jingga adalah tembaga (I) oksida.
Endapan merah jingga ini adalah tembaga (I) oksida.
C
Reaksi antara tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan asam
1
Masing-masing tabung (3 buah tabung) dimasukkan sedikit tembaga (I) oksida
Tembaga (I) oksida berwarna merah jingga
2
Ke dalam masing-masing tabung reaksi yang lain dimasukkan sedikit tembaga (II) oksida
Tembaga (II) oksida berwarna hitam.
3
Larutan asam sulfat encer ditambahkan perlahan-lahan pada oksida tembaga (I). Selanjutnya ditambahkan asam sulfat encer sampai berlebih dan dipanaskan.
Begitu juga dengan asam klorida dan asam nitrat diberi perlakuan yang sama terhadap tabung reaksi lainnya dan hasilnya diamati.
-    Tembaga (I) oksida ditambahkan dengan larutan H2SO4 encer berlebih terbentuk larutan berwarna coklat kebiruan. Setelah dipanaskan larutan coklat kebiruan berkurang/ memudar dan terbentuk koloid berwarna coklat dan endapan berwarna coklat.
-    Tembaga (I) oksida ditambahkan dengan larutan HCl encer berlebih terbentuk larutan tak berwarna dan endapan yang semula terbentuk menjadi melarut. Detelah dipanaskan terbentuk larutan berwarna hijau zambrud.
-    Tembaga (I) oksida ditambahkan dengan larutan HNO3 encer berlebih terbentuk larutan berwarna coklat keunguan. Setelah dipanaskan terbentuk larutan berwarna coklat muda dan endapan berwarna coklat.
4
Larutan asam sulfat encer ditambahkan perlahan-lahan pada oksida tembaga (II). Selanjutnya ditambahkan asam sulfat encer sampai berlebih dan dipanaskan.
Begitu juga dengan asam klorida dan asam nitrat diberi perlakuan yang sama terhadap tabung reaksi lainnya dan hasilnya diamati.
-    Tembaga (II) oksida ditambahkan dengan H2SO4 encer berlebih terbentuk larutan berwarna hitam dan endapan berwarna abu-abu. Setelah dipanaskan larutan tetap berwarna hitam dan endapan yang terbentuk menjadi berkurang.
-    Tembaga (II) oksida ditambahkan dengan larutan HCl encer berlebih terbentuk larutan berwarna hitam dan endapan berwarna hitam. Setelah dipanaskan endapan yang terbentuk menjadi berkurang/sedikit.
-    Tembaga (II) oksida ditambahkan dengan larutan HNO3 encer berlebih terbentuk larutan berwarna hitam dan endapan hitam. Setelah dipanaskan terbentuk larutan berwarna biru kehijauan dan endapan hitam yang terbentuk semakin sedikit.
D
Pembuatan tembaga (I) yodida
1
Sebanyak 3 mL larutan KI ditambahkan ke dalam 3 mL larutan tembaga (II) sulfat dalam tabung reaksi
Kalium iodide (KI) berupa Kristal berwarna putih. Setelah ditambahkan ke dalam larutan tembaga (II) sulfat yang berwarna biru terbentuk larutan berwarna coklat kemerahan dan endapan berwarna abu-abu.
2
Isi tabung dibiarkan mengendap.
Endapan berwarna abu-abu
3
Larutan natrium thiosulfat ditambahkan ke dalam tabung tadi sampai larutan menjadi jernih.
Larutan natrium tiosulfat yang keruh dicampurkan ke dalam tabung tadi sehingga diperoleh endapan berwarna abu-abu dan larutan berwarna putih susu.
4
Perhatikan warna padatan yang terbentuk.
Padatan yang terbentuk berwarna abu-abu.

V.    Pembahasan
A.    Eksperimen Pendahuluan
Eksperimen pendahuluan dilakukan dengan cara memanaskan sekeping logam pada nyala api. Pada saat dilakukan pemanasan, api berubah menjadi hijau disekeliling logam dan warna pada logam setelah dipanaskan berwarna kemerah-merahan. Hal ini menunjukkan bahwa tembaga mengalami oksidasi menjadi tembaga (I) oksida.

2 Cu(s) + O2 → 2CuO(s)

Percobaan selanjutnya, dengan dimasukkan logam tembaga yang ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan HNO3 dan dipanaskan sehingga menghasilkan gas perak. Selanjutnya dengan ditambahkan larutan NaOH pada larutan CuSO4, sehingga menghasilkan larutan berwarna biru dengan disertai penggumpalan di bagian atas larutan dan penambahan NaOH NaOH berlebih menyebabkan endapan yang terbentuk menjadi melarut. Pada saat larutan NH3 ditambahkan pada larutan CuSO4, terbentuk larutan berwarna biru dan endapan berwarna biru dengan penambahan NH3 secara berlebih endapan yang terbentuk menjadi melarut serta warna larutan biru pekat. Pada penambahan larutan CuSO4 ke dalam HCl pekat larutan yang semula berwarna biru berubah menjadi memudar warnanya. Setelah penambahan larutan NH3 berlebih terbentuk larutan berwarna hijau. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2HCl + CuSO4 → CuCl + H2SO4
2 HNO3 → 2NO + H2O + 3O2
3O + 3 Cu → 3CuO
2HNO3 + 3Cu → 2NO + H2O + 3CuO

B.     Tembaga (I) dan Tembaga (II)
Sebanyak 5 mL tembaga (II) sulfat dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan warna larutan tembaga (II) sulfat adalah biru muda. Mencampurkan 5 mL larutan NaOH dan 1 gram kalium (V) natrium tartarat (garam Rochelle) ke dalam tabung reaksi yang lain. Lalu mencampurkan campuran NaOH dan garam Rochelle dengan larutan tembaga (II) sulfat. Setelah dicampurkan dengan NaOH dan garam Rochelle terbentuk endapan berwarna putih dan larutan tak berwarna. Campuran ini dikenal sebagai larutan atau reagen Benedict.
Percobaan pembuatan tembaga (I) oksida dilakukan dengan mereaksikan 1 gram glukosa dengan larutan Benedict sehingga terbentuk endapan merah jingga. Hal ini menunjukkan bahwa pada penambahan glukosa akan mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4, sedangkan tabung reaksi dipanaskan untuk mempercepat proses terjadinya reaksi. Endapan merah jingga yang dihasilkan merupakan tembaga (I) oksida yang terbentuk. Reaksinya yaitu :
CuSO4 + 2NaOH → Cu(OH)2 + Na2SO4
2Cu(OH)2 → Cu2O↓ + 2H2O


C.    Reaksi antara tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan asam.
Reaksi antara tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan asam. Pembuatan tembaga (I) oksida dilakukan dengan memasukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing dengan beberapa gram tembaga (I) oksida dengan larutan HCl encer, 0,1 gram tembaga (I) oksida dengan larutan H2SO4, 0,1 gram tembaga (I) oksida dengan larutan HNO3, secara berturut-turut menghasilkan larutan berwarna hijau, larutan berwarna biru dan larutan warna biru kehitaman dan kemudian membentuk endapan hitam.
 Pada penambahan HCl terbentuk larutan berwarna hijau karena jika ditambahakan asam klorida pekat ke dalam larutan yang mengandung ion heksaaquotembaga(II), enam molekul air digantikan oleh empat ion klorida.
Description: C:\Documents and Settings\Administrator\Desktop\Tembaga _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia __files\ligexchcuh2ocl.gif
Reaksi yang terjadi berlangsung reversibel.
Description: C:\Documents and Settings\Administrator\Desktop\Tembaga _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia __files\padding.gifDescription: C:\Documents and Settings\Administrator\Desktop\Tembaga _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia __files\cueqm1.gif
Karena reaksi berlangsung secara reversibel, kamu dapat memperoleh campuran warna dari kedua ion kompleks.
Adanya endapan hitam ini dikarenakan pengaruh belerang (S) yang terkandung dalam ion sulfat. Perubahan warna disebabkan penambahan kalor yang mengakibatkan reaksi antara tembaga(I) dengan ion sulfat menjadi lebih cepat. Reaksinya sebagai berikut:
CuO + 2HCl  →  CuCl2 + H2O

CuO + H2SO4 → CuSO4 + H2O

CuO + 2HNO3 →  Cu(NO3)2+ H2O
Pembuatan tembaga (I) klorida. Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan 0,5 gr CuO dengan 5 ml HCl yang menghasilkan tembaga (II) klorida (larutan berwarna hijau lumut). Kemudian ditambah 1 gram CuO, didihkan selama 5 menit, disaring dan filtrat yang diperoleh berwarna hijau. Filtrat tersebut dimasukkan ke dalam 200 ml air, sehingga diperoleh pada bagian atas air bening dan bagian bawah agak keruh. Reaksi yang terjadi:
CuO + 2HCl → CuCl2 + H2O (dengan pemanasan)
CuCl2 + Cu → 2CuCl
D.    Pembuatan tembaga (I) yodida
Pembuatan tembaga (I) yodida. Dengan menambahkan 3 ml KI pada 3 ml tembaga (II) sulfat, pada warna awal larutan berwarna biru kemudian berubah menjadi cokelat dan terbentuk endapan. Campuran tersebut diatas ditambahkan dengan natrium thiosulfat, sehingga larutan yang pada awalnya berwarna cokelat berubah menjadi warna putih susu. Reaksinya sebagai berikut:
KI(l) + CuSO4 (l) → CuI(s)+K2SO4 (l)
Ion tembaga(II) akan mengoksidasi ion iodida menjadi iodium, dan selama berlangsungnya proses reaksi ion tembaga(II) mereduksi dengan sendirinya menjadi tembaga(I) iodida.
Description: C:\Documents and Settings\Administrator\Desktop\Tembaga _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia __files\padding.gifDescription: C:\Documents and Settings\Administrator\Desktop\Tembaga _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia __files\cuieqn.gif
Campuran coklat yang merupakan pengotor dipisahkan terlebih dahulu sehingg tinggal endapan putih tembaga(I) iodida dalam larutan iodium.
Description: C:\Documents and Settings\Administrator\Desktop\Tembaga _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia __files\cuidiag.gif
E.     Simpulan
Simpulan dari percobaan yang dilakukan adalah:
1. Tembaga merupakan suatu logam yang teroksidasi jika dibakar warnanya memendar dan bila direaksikan dengan HNO3 menghasilkan gas yaitu gas NO.
2. Suatu Tembaga (I) oksida telah terbentuk dengan melarutkan CuSO4 di dalam campuran NaOH dan Kalium tartrat. Tembaga (II) klorida dibuat dengan mereaksikan CuO dengan asam klorida. Tembaga (I) yodida dibuat dengan mereaksikan tembaga (II) sulfat dengan Kalium iodida.
3. Tembaga (I) klorida dibuat dengan mereaksikan tembaga (II) oksida dan HCl pekat, kemudian ditambahkan serbuk tembaga sehingga terbentuk CuCl yang terwujud dalam endapan biru.
4. Percobaan pembuatan tembaga (I) yodida dengan ciri bahwa larutan berwarna putih susu.

F.     Jawaban pertanyaan
1. Bilangan oksidasi dari tembaga pada :
a. CuCO3
Cu + 4 + (-2.3) = 0
Cu = +2
b. Cu(OH)2
Cu + (-2) = 0
Cu = +2
c. Cu(NH3)4SO4
Cu + 0 + 6 + (-8) = 0
Cu = +2
  1. CuCl42-
Cu + (-4) = -2
Cu = +2
2. Reaksi antara Cu2O dan H2SO4 encer :
2Cu2O + 4H+ + 2SO42- 4Cu + 2SO2 + 2H2O + 2O2
oksidator : H2SO4
reduktor : Cu2O
3. Senyawa tembaga (I) stabil dalam larutan air bila keadaan tembaga (I) mengalami disproporsionasi dalam alrutan air dan bila konsentrasi dari tembaga tersebut sangat rendah.
4. Konfigurasi dari :
Cu : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s1
Cu+ : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s0
Cu2+ : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d9 4s0
Ditinjau dari struktur elektron yang lebih stabil adalah Cu+, karena elektronnya terisi penuh, sedangkan untuk ion Cu2+ tidak stabil karena orbital tidak terisi penuh elektron.
5.      a.   Cu+ Cu2+ + 2e Eo = -0,34 V
Cu+ + 2e- Cu Eo = +0,52 V
2Cu+ Cu2+ + Cu Eo = 0,18 V
b.      Ion Cu+ mengalami disproporsionasi dalam larutan air meskipun stabil dalam keadaan bebas air. Tembaga (I) klorida tidak melarut dalam air sehingga dengan demikian Cu+ tidak mengalami disproporsionasi. Tembaga (I) klorida membentuk ion Cu (I) klorida lebih stabil terhadap CU (II) klorida. Hal ini terjadi karena Cu+ mudah teroksidasi menjadi Cu (II). Tembaga (I) klorida cukup stabil dan mudah dibuat dengan terurainya tembaga (II) klorida pada saat pemanasan menjadi tembaga (I) klorida.
c. Contohnya : Cu2+ + 4H2O Cu(H2O)42+

Daftar pustaka
Petrucci, Ralph H. 1987.  Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 3 (alih bahasa Suminar Ahmadi). Penerbit Erlangga : Jakarta.
Sudria, IB Nyoman dan Manimpan Siregar. 2002. Buku Penuntun Belajar Kimia Anorganik II (Bagian kedua). IKIP Negeri Singaraja : Jurusan Pendidikan Kimia.
Svehla, G. 1990. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Bagian I. PT Kalman Media Pusaka: Jakarta.
Syabatini, Annisa. 2009. Kimia Tembaga. www. Annisanfushie weblogs.
http://www.google.com. Pengaruh Waktu Pelapisan Nikel pada Tembaga dalam Pelapisan Crom dekoratif terhadap Tingkat Kecerahan dan Ketebalan Lapisan.Volume. 2 No. 1
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB Press. Bandung.
Cotton and Wikinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. UI- Press : Jakarta

3 komentar:

  1. Terima kasih. Sangat membantu :)

    BalasHapus
  2. Wah bingung gw klo boleh tau
    Cara buat tembaga merah menjadi bubuk tembaga merah m+2
    Kasih tau dong

    BalasHapus