PENENTUAN DERAJAT HIDROLISIS SUATU PROTEIN MELALUI TITRASI FORMAL ASAM AMINO
(KURVA HUBUNGAN VOLUME LARUTAN NaOH TERHADAP WAKTU)
Disusun Oleh :
Putu Eka Surya Putra (0713031001)
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA, Undiksha
Abstrak
Molekul protein merupakan rantai panjang yang tersusun oleh mata rantai asam – asam amino. Asam amino merupakan senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus karboksilat (-COOH) dan satu atau lebih gugus amina (-NH2), yang salah satunya terletak pada atom C tepat disebelah gugus karboksilat (atau C-α ). Protein dapat dihidrolisis menjadi asam amino menggunakan enzim protease melalui titrasi formal asam amino. Titrasi formal asam amino merupakan suatu metode titrasi dengan menggunakan larutan basa setelah penambahan formaldehid untuk menghilangkan kebasaan gugus amino. Titrasi ini biasanya digunakan untuk menentukan jumlah asam amino yang terkandung dalam suatu campuran.
Penentuan salah satu gugus akan memberikan indikasi untuk mengetahui derajat hidrolisis suatu protein. Dalam titrasi ini, digunakan formaldehid yang bertujuan untuk membentuk dimethilol sehingga gugus aminonya yang sudah terikat tidak akan mempengaruhi reaksi antara gugus karbonil (asam) dengan basa (NaOH) sehingga titik akhir titrasi dapat diakhiri dengan tepat. Selain itu juga, agar bereaksi dengan gugus amino yang tidak bermuatan sehingga memungkinkan gugus amonium membuffer di daerah pH yang lebih rendah dan dapat dititrasi pada titik akhir secara kuantitatif menggunakan suatu indikator. Sehingga akan didapatkan kurva hubungan banyaknya larutan NaOH yang digunakan terhadap waktu. Berdasarkan kurva tersebut ditentukan slop dan tangen. Nilai α tersebut merupakan derajat hidrolisis suatu protein (gelatin). Sehingga dari percoban yang dilakukan dengam memvariasikan waktu hidrolisis gelatin menggunakan enzim tripsin, diperoleh hasil bahwa semakin lama waktu hidrolisis semakin banyak massa nitrogen asam amino yang dihasilkan dan diperoleh derajat hidrolisis dari enzim tripsin adalah 0,032.
Kata-kata kunci : asam amino, hidrolisis, formaldehid, titrasi formal asam amino, dan tripsin.
DETERMINATION HYDROLYSIS DEGREE OF PROTEIN
WITH AMINO ACID FORMAL TITRATION
(RELATION CURVE OF NaOH SOLUTION VOLUME TO TIME)
By :
Putu Eka Surya Putra (0713031001)
Chemistry Education Departement, Mathematics and Sciences Faculty
Ganesha University of Education
Abstrac
Molecule of protein is a long chain thats decompose with amino acid chain precursor. Amino Acid is compound that have one or more carboxylate functional group and one or more amina functional group too, that one places on atom C that place beside carboxylate functional groupt (atau C-α). Protein can hydrolize becomes amino acid used protease enzyme with formal titration of amino acid. Formal titration of amino acid is one titration methode with used base solution after adding formaldehyde for disappearing base properties of amino functional group. This titration usually used for to determine sum of amino acid that concist inside mixture.
Determination one functional group will give indication for knowing hydrolysis degree of protein. In this titration, formaldehyde used for form dimethylol so that amino functional group that bonded will not influencing reaction between carbonyl functional group (acid) withbase (NaOH) so that end point of titration is precising. Beside that, so that react with amino functional group that not have a charge so enable to buffering amonium group at the low pH an can titrated on ending point cuantitatively used an indicators. So that will found relation curve of NaOH solution volume that used to time. Based on the curve determining the slop and tangen.α value is hydrolysis of protein (gelatin). So, from the experiment result with used variated of gelatin hydrolysis time used trypsin found result that more longer the time of hydrolysis so the mass of nitrogen in amino acid that produce and found hydrolysis degree of trypsin enzyme is 0,032.
Keyword : amino acid, hydrolysis, formaldehyde, amino acid formal titration, and tyipsin
PENDAHULUAN
Protein (protos yang berarti ”paling utama") adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Peptida dan protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Sehingga molekul protein merupakan rantai panjang yang tersusun oleh mata rantai asam–asam amino. Asam amino merupakan senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus karboksilat (-COOH) dan satu atau lebih gugus amina (-NH2), yang salah satunya terletak pada atom C tepat disebelah gugus karboksilat (atau C-α).
Protein dapat dihidrolisis menjadi asam amino menggunakan enzim protease melalui titrasi formal asam amino. Titrasi formal asam amino merupakan suatu metode titrasi dengan menggunakan larutan basa setelah penambahan formaldehid untuk menghilangkan kebasaan gugus amino. Titrasi ini biasanya digunakan untuk menentukan jumlah asam amino yang terkandung dalam suatu campuran.
Protein dapat dipecah menjadi asam-asam amino melalui suatu cara yaitu dengan hidrolisis. Hidrolisis protein dapat dilakukan dengan menggunakan larutan HCl dan H2SO4 6-8 N selama 12-48 jam. Hidrolisis pada protein akan melepaskan asam-asam amino penyusunnya. Hidrolisis protein dengan asam akan menghasilkan asam-asam amino yang memiliki sifat optis aktif yang tetap (bentuk L) serta terdapatnya di alam. Kelemahannya adalah triptofan mengalami kerusakan pada strukturnya dan apabila terdapat karbohidrat dalam bahan akan membentuk senyawa humin yang berwarna kehitaman. Hidrolisis dapat juga dilakukan dengan alkali, misalnya NaOH. Hidrolisis protein dengan alkali ini tidak membentuk humin, tetapi bersifat optis aktif. Asam amino yang diperoleh berubah karena adanya peristiwa rasemisasi (campuran L dan D dari asam amino).
Kelemahan dari penggunaan kedua bahan kimia tersebut diatas dapat diganti dengan menggunakan enzim untuk menghidrolisis suatu protein. Keuntungannya adalah hasil hidrolisis memiliki sifat optis aktif yang tetap dan tidak terbentuk humin. Dengan penggunaan enzim ini diharapkan agar protein terhidrolisis secara sempurna sehingga akan diperoleh derajat hidrolisis suatu protein.
Untuk itulah perlu dilakukan penentuan secara kuantitatif salah satu gugus asam amino yang dapat memberikan indikasi untuk mengetahui derajat hidrolisis dari suatu protein melalui titrasi formal asam amino.
METODE
Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja pada tanggal 7 April 2010 dari pukul 07.30-12.00 WITA.
LANDASAN TEORI
Protein merupakan senyawa makromolekul polimer yang urutan liniernya adalah asam-asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Asam amino sangat berperan penting dalam biosintesis protein, dimana dalam protein terdapat sekitar 20 jenis asam amino standar. Asam amino merupakan molekul organik dengan massa molekul rendah (antara 100-200 Da) yang mengandung setidak-tidaknya satu gugus karboksil (-COOH) dan satu gugus amino (-NH2).
Asam amino merupakan ion dipolar, yang pada umumnya mempunyai dua atau lebih pKa. Asam amino yang menyusun suatu protein tertentu, kadar asam aminonya tidak larut di dalam eter, karena merupakan senyawa dipolar dan dalam air menunjukkan struktur kutub ganda (zwitter ion) yaitu.
(Nurlita, 2004)
Gambar 01. Struktur dipolar Asam Amino α
Dalam gambar 01, gugus amino diprotonasi dan hadir sebagai ion amonium, sedangkan gugus karboksil kehilangan protonnya dan hadir sebagai anion karboksilat. Struktur ini konsisten dengan sifat asam amino yang seperti garam, yang memiliki titik leleh agak tinggi (Hart, 2003).
Asam amino bersifat amfoterik, artinya berperilaku sebagai asam dan mendonasikan proton pada basa kuat, atau dapat juga berperilaku sebagai basa dan menerima proton dari asam kuat. Perilaku ini dinyatakan dalam kesetimbangan berikut.
Gambar 02. Kesetimbangan Asam Amino pada berbagai pH.
Sehingga pada percobaan ini dibuat kurva titrasi dari asam amino yang diperoleh dari hasil hidrolisis dengan menggunakan enzim protease. Ketika protein dihidrolisis, maka jumlah asam amino yang dihasilkan tergantung dari panjang rantai dan berat molekul itu sendiri. Selama hidrolisis suatu protein, sejumlah gugus karboksil dan gugus amino terus bertambah. Penentuan secara kuantitatif yaitu salah satu gugus akan dapat memberikan indikasi untuk mengetahui derajat hidrolisis dari suatu protein.
Menurut teori ”zwitter ion” jika suatu asam amino dalam larutan dititrasi dengan basa, ini berarti ion hidrogen dari gugus amonium yang dititrasi. Karena gugus amonium dari asam amino adalah buffer pada pH tinggi (di atas pH 11), sehingga titrasi formal asam amino tidak mungkin untuk menitrasinya pada titik akhir suatu indikator. Hal yang sama terjadi karena gugus karboksil adalah buffer pada pH rendah, tidak mungkin juga untuk menitrasinya dengan asam (Tika, 2007).
Gambar 03. Bentuk zwitter ion dari asam amino
Oleh karena itu, ditambahkan formaldehida pada larutan asam amino tersebut agar reaksi dengan gugus asam amino yang tidak bermuatan, sehingga memungkinkan gugus amonium membuffer pada daerah pH yang lebih rendah dan dapat dititrasi pada titik akhir secara kuantitatif menggunakan suatu indikator.
Reaksi yang terjadi dalam titrasi dengan menggunakan formaldehid merupakan reaksi pembentukan dimethilol. Dimana, larutan yang telah dinetralkan dengan basa (NaOH), akan membentuk dimethilol. Terbentuknya dimethilol ini, berarti gugus aminonya sudah terikat dan tidak akan mempengaruhi reaksi antara gugus asam (karboksil) dengan basa (NaOH), sehingga titik akhir titrasi dapat diakhiri dengan tepat. Indikator yang digunakan adalah fenolfathalein, yaitu terjadi perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda yang tidak hilang selama 30 detik. Adapun reaksinya selama proses titrasi tersebut adalah sebagai berikut.
Gambar 04. Reaksi Asam Amino dan NaOH serta Formaldehida
Reagen yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelatin, yang merupakan produk alami yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen. Gelatin adalah protein yang bersifat gelling agent (bahan pembuat gel) atau sebagai ion gelling egent. Sumber bahan baku gelatin dapat berasal dari tulang dan kulit dari sapi atau babi. Gelatin terdiri dari glisin dengan komposisi yang besar, protein dan 4-hidroksi residu dari protein yang strukturnya adalah -Ala-Gly-Pro-Arg-Gly-Glu-4Hyp-Gly-Pro-. Struktur gelatin adalah sebagai berikut.
Gambar 05. Struktur Gelatin
ALAT DAN BAHAN
No | Nama Bahan | Konsentrasi | Jumlah |
1 2 3 4 5 6 7 8 | Serbuk gelatin Enzim Port (tablet) Larutan NaOH Larutan HCl Larutan formalin Phenolftalein (PP) Indikator universal Aquades | - - 0,2 M 0,1 M - - - - | 5 gram 450 gram 100 mL 100 mL 90 mL Secukupnya Secukupnya 450 mL |
Alat | Jumlah |
Gelas kimia 50 mL | 1 buah |
Gelas kimia 100 mL | 2 buah |
Erlenmeyer 250 mL | 3 buah |
Buret dan statif | 1 set |
Spatula | 3 buah |
Batang pengaduk | 2 buah |
Gelas ukur 10 mL | |
Kaca arloji | 1 buah |
Termometer | 1 buah |
Pemanas | 1 buah |
Pipet tetes | 3 buah |
PROSEDUR KERJA
Pembuatan Larutan Gelatin
Dibuat larutan gelatin 5 % sebanyak 1000 mL dengan melarutkan serbuk gelatin sebanyak 50,007 gram ke dalam 1000 mL aquades dan temperatur diatur pada suhu 38oC.
Pembuatan Larutan NaOH 0,02 N dan 0,2 N
Dibuat larutan NaOH 0,02 N dengan melarutkan 0,8009 gram kristal NaOH ke dalam 100 mL aquades.
Penambahan PP dan NaOH 0,02 N
Ke dalam larutan gelatin ditambahkan 1 mL indikator phenolphthalein (PP) dan ditambahkan larutan NaOH 0,02 N tetes demi tetes sampai warna merah muda timbul.
Penambahan Asam (HCl 0,1 N)
Tetes demi tetes larutan HCl 0,1 N ditambahkan ke dalam larutan tadi sampai warna merah muda tepat hilang.
Inkubasi Larutan
Larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 38oC.
Pembuatan Larutan Tripsin dari 3 Tablet Enzim Port
Dibuat larutan tripsin sebanyak dengan melarutkan 3 tablet enzim port sebanyak 450 gram ke dalam 500 mL aquades, kemudian larutan tripsin ditambahkan dengan beberapa tetes indikator PP.
Penambahan PP dan NaOH 0,2 M
Beberapa tetes larutan NaOH 0,2 M ditambahkan ke dalam larutan tripsin yang sudah ditambahkan dengan indikator PP.
Penambahan HCl
Beberapa tetes HCl ditambahkan ke dalam larutan tersebut.
Pencampuran Larutan Tripsin dan Larutan Gelatin
Tepat pada waktu “nol” larutan tripsin ini ditambahkan ke dalam larutan gelatin.
Pemanasan Larutan
Setelah tercampur rata, sebanyak 10 mL campuran diambil dan dimasukkan ke dalam beaker gelas. Kemudian dididihkan untuk merusak enzim dan waktunya dicatat.
Pendinginan Larutan dan Penambahan Formalin Netral
Larutan tersebut kemudian didinginkan, dan sebanyak 15 mL larutan formalin netral ditambahkan ke dalam larutan tersebut.
Penambahan Indikator PP
Ke dalam larutan tersebut, ditambahkan dengan beberapa tetes indikator PP.
Pada interval 15 menit, hal yang sama juga dilakukan seperti di atas (seperti kontrol).
Titrasi dengan NaOH 0,02 N NaOH
Pada masing-masing hasil reaksi di atas yaitu interval 0; 15; 30; 60;75; dan 90 dilakukan titrasi dengan NaOH 0,02 N dengan titik akhir warna merah muda. Dicatat volume NaOH yang diperlukan pada masing-masing titrasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, dilakukan percobaan titrasi formal asam amino. Titrasi formal digunakan untuk menentukan suatu proses terjadinya pemecahan protein (hidrolisis). Hidrolisis protein yang dilakukan adalah hidrolisis enzimatis. Dari praktikum ini juga akan didapat mg nitrogen asam amino yang merupakan jumlah asam amino yang dapat dihidrolisis oleh enzim. Dalam praktikum ini protein yang digunakan adalah gelatin sedangkan larutan tripsin digunakan untuk menghidrolisis diperoleh dari pelarutan 3 tablet enzim port ke dalam 500 mL aquades.. Hasil hidrolisis tersebut kemudian ditambahkan formalin dan dititrasi dengan NaOH. Prinsip dari percobaan ini mengikuti kenyataan bahwa suatu protein mengikuti teori zwitter ion, dimana suatu asam amino walaupun memiliki dua sisi aktif (gugus –COOH dan –NH2), sehingga dapat dititrasi menggunakan asam dan basa. Namun kenyataannya, gugus amonium dari asam amino merupakan buffer pada pH tinggi (diatas pH 11) sehingga akan tidak mungkin untuk mentitrasinya pada titik akhir suatu indikator. Hal ini mengingat, suatu indikator pada umumnya (untuk asam dan basa) memiliki trayek pH sedapat mungkin mendekati pH 7, karena titrasi asam basa merupakan suatu titrasi penetralan.
Gambar 06. Larutan gelatin Dididihkan
Gambar 07. Larutan Tripsin dari 3 Tablet Enzim Port
Gambar 08. Larutan Enzim Port yang Diinkubasi
Gambar 09. Larutan Gelatin dan Larutan Tripsin
Gambar 10. Larutan tripsin + Larutan gelatin
Gambar 11. Larutan Tripsin dari Enzim Port Ditambahkan NaOH dan PP
Larutan gelatin ditambahkan larutan NaOH dan sebelumnya ditambahkan 2 tetes indikator PP, sehingga terjadi perubahan warna menjadi merah. Kemudian larutan tersebut dinetralkan dengan HCl hingga pHnya 8 namun larutan masih berwarna merah. Hal ini mungkin terdapat pengaruh dari senyawa lain dalam tablet enzim port. Akhirnya larutan terus ditambahkan HCl hingga warna merahnya hilang dan pH yang terukur sekitar 2 sampai 3. Larutan ini kemudian diinkubasi pada suhu 380C. Dilain pihak, pada gelas kimia yang berbeda dibuat larutan tripsin yang kemudian ditambahkan 2 tetes indikator PP, larutan NaOH (terjadi berubahan warna merah muda) dan dinetralkan dengan HCl sampai pH yang terukur adalah 8. Kedua larutan ini, diatur agar pH yang terukur adalah 8. Karena pH tersebut merupakan pH optimum bagi enzim tripsin untuk bekerja, sehingga dapat menghidrolisis protein dengan baik. Selain itu, dilakukan pengaturan suhu sebesar 380C yang mempunyai tujuan yang sama yaitu menciptakan suasana optimum bagi enzim, sehingga enzim dapat bertahan hidup dan bekerja secara optimum. Suhu 380C ini didasarkan atas kemampuan enzim–enzim pemecahan protein bertahan bekerja pada suhu tubuh manusia yang sebesar 380C.
Setelah larutan gelatin dan tripsin siap, maka kedua larutan ini dicampur dan diaduk sampai rata. Pada menit ke nol diambil sebanyak 10 mL kemudian dipanaskan hingga mendidih. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk merusak enzim sehingga hidrolisisnya berhenti, dan nantinya dapat diketahui jumlah asam amino yang dihasilkan dari hidrolisis. Setelah didinginkan, maka larutan tersebut ditambahkan formalin dan indikator PP.
Gambar 12. Campuran larutan setelah ditambahkan formalin netral
Tujuan dari penambahan formalin adalah agar formaldehida bereaksi dengan gugus amino yang tidak bermuatan pada asam amino sehingga memungkinkan gugus amino untuk membuffer. Pada pH yang lebih rendah dan dapat dititrasi dengan larutan NaOH secara kuantitatif. Reaksi yang terjadi pada titrasi formal asam amino adalah sebagai berikut.
Gambar 13. Reaksi yang terjadi pada titrasi formal
Reaksi diatas merupakan reaksi pembentukan dimethilol. Dengan terbentuknya dimethilol, maka gugus amoniumnya akan terikat. Sehingga tidak mempengaruhi reaksi antara gugus asam (COO-) dengan NaOH, dan selanjutnya titik akhir titrasi dapat diamati dengan jelas. Terkait dengan titrasi asam amino yang dilakukan pada percobaan ini, reagen yang digunakan adalah larutan gelatin. Gelatin merupakan polipeptida (protein) yang larut dalam air. Hal ini terbukti dengan mudah larutnya serbuk gelatin ketika ditambahkan aquades. Gelatin ini merupakan gelltin agent (bahan pembuat gel), sehingga perlu diinkubasi pada suhu 380C. Bila suhu inkubasi di atas 380C, maka kemungkinan akan terbentuk gel yang nantinya akan mempengaruhi proses degradasinya untuk menghasilkan asam amino.
Gambar 14. Proses Inkubasi
Larutan gelatin dalam percobaan ini didegradasi dengan menggunakan enzim tripsin. Tripsin merupakan enzim proteolitik yang hanya terdiri dari satu rantai polipeptida. Enzim ini akan mendegradasi gelatin menghasilkan asam amino penyusunnya. Adapun reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 15. Asam Amino Hasil Pemecahan dari Gelatin
Reaksi degradasi di atas dapat terjadi apabila terjadi hidrolisis total dari asam amino tersebut. Adapun data hasil titrasi campuran gelatin dan tripsin dengan larutan NaOH 0,02 M adalah sebagai berikut.
Gambar 16. Hasil titrasi dari waktu waktu ke- 0, 15, 30, 45, 60, 75 dan 90 menit
Adapun volume yang dibutuhkan untuk mentitrasi larutan tersebut disajikan dalam tabel berikut ini:
Menit ke-(t) | Volume NaOH (mL) |
0 15 30 45 60 75 90 | 17,28 17,38 17,53 18,61 19,24 19,89 20,23 |
Tabel 1. Hasil Titrasi dengan Titran NaOH
Bila data diatas dikonversikan ke dalam grafik, maka akan terlihat hubungan volume terhadap waktu. Adapun kurva titrasi antara volume NaOH (mL) terhadap waktu adalah sebagai berikut.
Gambar 17. Kurva Hubungan Volume NaOH Terhadap Waktu
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa semakin lama campuran didiamkan, maka semakin banyak larutan NaOH yang digunakan untuk mentitrasi asam amino. Hal ini terjadi karena selama proses hidrolisis gelatin oleh tripsin menghasilkan sejumlah asam amino yang konsentrasinya bertambah seiring dengan bertambahnya kontak antara larutan gelatin dan tripsin.
Sehingga, derajat hidrolisis dapat ditentukan dengan membuat kurva hubungan antara volume NaOH yang dipergunakan dalam titrasi terhadap waktu. Berdasarkan kurva tersebut ditentukan slop dan tangen. Nilai α tersebut merupakan derajat hidrolisis suatu protein. Untuk menghitung derajat hidrolisis protein pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan kurva hubungan antara volume NaOH dengan waktu yang telah diekstrapolasi.
tan a =
Selanjutnya, volume NaOH yang dihabiskan pada tiap – tiap titrasi dapat dikonversi ke mg nitrogen asam amino, yang menunjukkan jumlah asam amino yang dihasilkan oleh enzim tripsin dari hidrolisis gelatin. Adapun perhitungan konversi nilai volume NaOH menjadi mg nitrogen asam amino, yaitu diketahui 1 mL NaOH 0,1 N ~ 1,4 mg nitrogen asam amino. Sehingga, bila konsentrasi NaOH adalah 0,02 N maka akan setara dengan 0,28 mg nitrogen asam amino. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:
1 mL NaOH 0,02 N =
0,1 x = 0,02 x 1,4
x = 0,028 : 0,1
x = 0,28 mg
Jadi, 1 mL larutan NaOH 0,02 N ~ 0,28 mg nitrogen asam amino.
· Pada menit ke-0
Volume NaOH = 17,28 mL
Sehingga : 17,28 x 0,28 = 4,83 mg nitrogen asam amino
· Pada menit ke-15
Volume NaOH = 17,38 mL
Sehingga :17,38 x 0,28 = 4,86 mg nitrogen asam amino
· Pada menit ke-30
Volume NaOH = 17,53 mL
Sehingga : 17,53 x 0,28 = 4,90 mg nitrogen asam amino
· Pada menit ke-45
Volume NaOH = 18,61 mL
Sehingga : 18,61 x 0,28 = 5,21 mg nitrogen asam amino
· Pada menit ke-60
Volume NaOH = 19,24 mL
Sehingga : 19,24 x 0,28 = 5,38 mg nitrogen asam amino
· Pada menit ke-75
Volume NaOH = 19,89 mL
Sehingga : 19,89 x 0,28 = 5,56 mg nitrogen asam amino
· Pada menit ke-90
Volume NaOH = 20,23 mL
Sehingga : 20,23 x 0,28 = 5,66 mg nitrogen asam amino
Data hasil perhitungan di atas selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel sebagai berikut.
Menit ke- (t) | mg Nitrogen asam amino |
0 15 30 45 60 75 90 | 4,83 4,86 4,90 5,21 5,38 5,56 5,66 |
Tabel 2. Hasil perhitungan massa Nitrogen Asam Amino
Jika, data ini di konversikan ke dalam bentuk kurva (hubungan mg nitrogen asam amino terhadap waktu), maka akan diperoleh bentuk kurva sebagai berikut.
Gambar 18. Kurva Hubungan Waktu Terhadap mg Nitrogen Asam Amino
Sama halnya dengan kurva antara volume NaOH dengan waktu, pada kurva ini juga terbentuk hubungan yang berbanding lurus antara mg nitrogen asam amino dengan waktu. Jadi dari kurva ini dibuktikan bahwa makin lama melakukan hidrolisis maka makin banyak asam amino yang dihasilkan.
V. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
a. Protein (gelatin) dapat dihidrolisis secara enzimatis dengan menggunakan tripsin.
b. Kurva antara volume NaOH yang dihabiskan terhadap waktu menunjukkan hubungan yang berbanding lurus antara keduanya. Kurva ini menunjukkan semakin lama waktu hidrolisis semakin banyak NaOH yang dihabiskan. Derajat hidrolisis dari gugus amino pada protein yang diperoleh adalah 0,032.
c. Kurva antara mg nitrogen asam amino terhadap waktu dibuat dengan mengkonversi volume NaOH menjadi mg nitrogen asam amino. 1 mL NaOH 0,1 N N ~ 1,4 mg nitrogen asam amino. Sehingga, bila konsentrasi NaOH adalah 0,02 N maka akan setara dengan 0,28 mg nitrogen asam amino. Nilai 0,28 inilah yang dikalikan dengan volume, sehingga diperoleh mg nitrogen asam amino. Dari kurva yang dihasilkan menunjukkan semakin lama melakukan hidrolisis maka makin banyak asam amino yang dihasilkan.
Daftar Pustaka
Anonim. 2008. Asam Amino. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_amino. [22/03/2009].
Anonim. 2008. Gelatin. http://id.wikipedia.org/wiki/Gelatin. [22/03/2009].
Anwar, Chairil, dkk. 1996. Pengatar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta : UGM
Girindra, Aisyah dan Titin Supriyanti. 1994. Dasar – dasar Biokimia. Jakarta ; Universitas Indonesia.
Lehninger, Albert.L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1 dan 3 Alih Bahasa Maggy Thenawidjaya. Jakarta: Erlangga.
Nurlita, Frieda, dkk. 2002. Kimia Organik II. Singaraja : IKIPN Singaraja.
Redhana, I wayan. 2004. Buku Ajar Biokimia Jilid I. Singaraja ; IKIPN Singaraja.
Stryer, Lubert. 2000. Biokimia Edisi 4. Jakarta: EGC
Tika, I Nyoman. 2007. Penutun Praktikum Biokimia. Singaraja : UNDIKSHA.
Wirahadikusuma, Muhamad. 2001. Biokimia : Protein, Enzim, dan Asam Nukleat. Bandung : Penerbit ITB.
trima kasih,ini adalah artikel yg paling lengkap yg saya dapatkan
BalasHapussaya mau tanya untuk sampel yang sulit dilarutkan apakah bisa dianalisa dengan metode ini?