RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PUTU EKA SURYA PUTRA
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
I. Identitas
Sekolah | : | SMA ............ |
Mata Pelajaran | : | Kimia |
Kelas Semester | : | XI IA/1 |
Alokasi Waktu | : | 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) |
II. Standar kompetensi
Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul, dan sifat sifat senyawa.
III. Kompetensi Dasar
1.3 Menjelaskan interaksi antar molekul (gaya antar molekul) dengan sifatnya
III. Indikator
1.3.1 Menjelaskan sifat fisik (titik didih, titik beku) berdasarkan perbedaan gaya antar molekul (gaya Van Der Waals, gaya London, dan ikatan hidrogen)
IV. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan sifat fisik (titik didih, titik beku) berdasarkan perbedaan gaya antar molekul (gaya Van Der Waals, gaya London, dan ikatan hidrogen)
V. Materi Pokok
1. Gaya Van der Waals
2. Ikatan Hidrogen
3. Pengaruh Gaya Antarmolekul dan Ukuran Molekul terhadap Titik Didih dan Titik Beku
Uraian Materi
Gaya Antarmolekul merupakan gaya tarik-menarik atau tolak-menolak diantara molekul-molekul zat. Berikut ini penjelasan tentang gaya antarmolekul yang berhubungan dengan gaya Van der Waals dan ikatan hidrogen.
1. Gaya Van der Waals
Karena atom-atom dan molekul-molekul dikelilingi oleh elektron-elektron yang bermuatan negatif, maka molekul-molekul tersebut dalam suatu zat mungkin akan saling tolak-menolak, tetapi hal ini tidak pernah terjadi. Peristiwa ini telah dijelaskan oleh seorang ahli fisika Belanda, Johanes Diderik Van der Waals. Menurutnya, molekul-molekul dalam suatu zat tidak saling tolak-menola karena diantara molekul-molekul tersebut terdapat suatu gaya tarik-menarik yang lemah. Gaya tersebut dikenal dengan gaya van der Waals yang dapat mempertahankan molekul-molekul tersebut untuk tetap berada dalam suatu zat.
Terjadinya gaya Van der Waals diyakini karena adanya tiga buah gaya, yaitu gaya tarik-menarik dipol-dipol, gaya imbas, dan gaya London atau gaya disperse.
a. Gaya Tarik-Menarik Dipol-Dipol
Gaya tarik-menarik dipol-dipol terjadi antara molekul-molekul polar. Dalam suatu molekul polar, sebuah kutub dari molekul tersebut bermuatan negatif dan kutub lainnya bermuatan positif. Dua buah kutub yang bermuatan secara berlawanan ini membentuk sebuah dipol. Dipol-dipol tersebut berperan dalam pembentukan gaya tarik-menarik dipol-dipol antara molekul-molekul polar dalam suatu zat. Bagian positif dari setiap molekul polar menarik bagian negatif dari molekul-molekul tetangganya, dan bagian negatif dari setiap molekul polar menarik bagian positif dari molekul-molekul tetangganya, sehingga terbentuk gaya tarik-menarik dipol-dipol
Berdasarkan penjelasan di atas, maka gaya Van der Waals dalam molekul-molekul polar dihasilkan dari gaya tarik-menarik dipol-dipol antara molekul-molekul tersebut. Dalam hal ini, semakin polar molekul tersebut, semakin kuat gaya tarik-menarik dipol-dipolnya dan juga semakin sukar memisahkannya. Molekul-molekul yang lebih polar cenderung untuk mempunyai titik lebur dan titik didih yang lebih tinggi daripada titik lebur dan titik didih molekul-molekul yang kurang polar. Molekul-molekul polar yang mempunyai gaya tarik-menarik dipol-dipol antara lain adalah air, metanol, dan amonia.
a. Gaya Induksi
Gaya induksi terjadi diantara molekul polar dan molekul nonpolar. Hal ini karena molekul polar tersebut menginduksikan dipolnya pada molekul nonpolar, sehingga muatan-muatan negatif pada molekul nonpolar akan terkumpul pada suatu sisi molekul nonpolar di dekat sisi positif molekul polar. Kondisi ini dapat menghasilkan dipol sesaat, yang menghasilkan gaya tarik-menarik diantara kedua molekul tersebut yang disebut gaya induksi.
b. Gaya London
Pada dasarnya, gaya London merupakan suatu bentuk gaya tarik-menarik dipol-dipol yang lemah. Gaya london terjadi ketika suatu molekul nonpolar menjadi polar untuk waktu yang singkat. Molekul-molekul nonpolar dapat menjadi polar secara singkat karena elektron-elektronnya bergerak tetap. Gerakan ini biasanya teratur di sekitar suatu molekul nonpolar. Jika molekul terganggu secara singkat, maka elektron-elektronnya dapat berkumpul pada salah satu bagian dari molekul dan hal ini menghasilkan muatan positif pada bagian lain dari molekul tersebut.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka molekul mempunyai dipol sesaat sampai elektron-elektronnya kembali seimbang. Selama molekul tersebut mempunyai dipol, muatan-muatannya dapat mengganggu elektron-elektron dalam molekul-molekul tetangga, sehingga molekul-molekul tetangga ini juga mempunyai dipol sesaat. Dipol-dipol sesaat ini saling tarik-menarik dengan suatu gaya yang disebut gaya London.
2. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan ikatan kimia yang terbentuk diantara molekul-molekul yang mengandung atom hidrogen yang terikat pada suatu molekul yang mengandung atom hidrogen yang terikat pada suatu atom dengan elektronegativitas yang kuat, seperti Flour (F), oksigen (O), dan nitrogen (N). Karena atom-atom elektronegatif tersebut mendorong elektron-elektron dari atom hidrogen, maka atom-atom tersebut membentuk suatu molekul yang sangat polar, artinya satu sisi bermuatan negatif dan sisi lainnya bermuatan positif. Ikatan hidrogen terjadi diantara molekul-molekul ini karena sisi-sisi negatif dari molekul-molekul tersebut tertarik ke sisi-sisi positif molekul lainnya, dan sebaliknya. Ikatan hidrogen ini lebih kuat dibandingkan dengan ikatan yang dibentuk oleh gaya Van der Waals.
3. Pengaruh Gaya Antarmolekul dan Ukuran Molekul terhadap Titik Didih dan Titik Beku
Kekuatan gaya antarmolekul dipengaruhi oleh kombinasi antara jenis gaya antarmolekul dan ukuran molekul. Kekuatan gaya antarmolekul : ikatan hidrogen > gaya Van der Waals > gaya London. Ikatan Hidrogen sangat kuat sehinngga molekul yang memiliki ikatan hidrogen mempunyai titik didih tinggi.a. Apabila antarmolekul zat tidak terdapat ikatan hidrogen, kekuatan gaya antarmolekulnya dapat dibandingkan dengan ukuran molekulnya. Untuk senyawa dengan ukuran molekul relatif sama, kekuatan gaya antarmolekul tergantung pada jenis gaya antarmolekulnya.
b. Untuk senyawa yang memiliki gaya antarmolekul yang sama dan ukuran molekul yang relatif sama, kekuatan gaya antarmolekulnya dipengaruhi oleh penyebaran elektron yang disebut polarisabilitas. Zat yang memiliki polarisabilitas tinggi memiliki gaya antarmolekul yang lebih kuat dibandingkan dengan zat yang memiliki polarisabilitas rendah.
II. METODE PEMBELAJARAN
- Induktif: Metode Tanya Jawab (interaktif), pemberian informasi, diskusi kelompok.
III. PROSES PEMBELAJARAN
1. Persiapan dan Pembuka (± 15 menit)
§ Salam dan Perkenalan
§ Mengecek presensi siswa
§ Menginformasikan mengenai outcomes dan prosedur penilaian
§ Apersepsi dan motivasi : mengingatkan materi pertemuan sebelumnya (hibridisasi) dan konsep dasar dalam gaya antarmolekul tentang bagaimana molekul oksigen terdapat dalam air.
2. Kegiatan Inti (± 70 menit)
Kegiatan Guru | Kegiatan Siswa | Alokasi Waktu | Tempat |
Eksplorasi | Ruang kelas | ||
Memotivasi siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan topik yang dipelajari. | Siswa menjawab pertanyaan dari guru. | 15 menit | |
Elaborasi | |||
- Mempresentasikan topik, mengumpulkan informasi dan masalah yang dimiliki siswa. - Mengarahkan siswa untuk memahami bentuk molekul berpengaruh terhadap gaya antar molekul. - Mengobservasi aktivitas siswa. | Memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Memberikan informasi dan jawaban dari pertanyaan guru. | 30 menit | |
Konfirmasi | |||
- Memberikan beberapa latihan. - Memberikan komentar terhadap pertanyaan dan memberikan penjelasan jika terdapat miskonsepsi. - Post test | - Mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru. - Memperbaiki pemahaman yang keliru. | 30 menit |
3. Kegiatan Penutup (± 5 menit)
Ä Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai topik
Ä Memberikan tugas rumah
Ä Menginformasikan mengenai topik selanjutnya
Ä Salam penutup
IV. SUMBER BELAJAR
- Buku Kimia
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 1 Hal 290-316. Jakarta : Erlangga
Haryanto, Untung Tri. ......... Kreatif Kreasi Belajar Siswa Aktif Kimia Xia. Klaten : Viva Pakarindo
Parning. 2008. Kimia SMA Kelas XI Semester Pertama. Hal: 23-38 Jakarta : Yudhistira
Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 2. Hal 28-35. Solo : Platinum
Sunardi. 2008. Kimia Bilingual untuk SMA Kelas XI. Hal 64-83. Bandung : Yrama Widya
- Lembar Kerja Diskusi (Discussion Worksheet)
- Power Point Slide Show
V. ALAT DAN MEDIA
Spidol, White Board, Laptop, LCD.
VI. PROSEDUR PENILAIAN
1. Metode Evaluasi : Kognitif melalui postest, dan lembar kerja diskusi. Afektif dilakukan dengan lembar pengamatan individu, yang dilakukan oleh guru mengadakan penilaian, baik berupa komentar atau dalam bentuk pengamatan. Penilaian Afektif juga menggunakan rubrik penilaian afektif.
2. Instrumen : lembar kerja diskusi, soal posttest, dan rubrik penilaian afektif dan kognitif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar